JEJAK KEKUNOAN DI MAKAM CANGGAH GUS DUR
" Sebaran Batu Candi Di Komplek Makam Canggah Gus Dur "
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
" Kyai Haji
Abdurrakhman Wahid "
atau lebih di kenal dengan sebutan Nama Gus Dur.
Siapa yang tak kenal dengan Nama Gus Dur .. !!!
- Gus : Merupakan sebuah nama panggilan, Atau sebutan yang di terapkan pada anak / Putera Kyai
- Dur : Merupakan Nama Atau sebutan singkat dari Abdurrakhman.
Beliau di kenal seluruh Rakyat Indonesia, Dari sabang Sampai Merauke. Setelah Beliau mendapatkan Mandat atau Amanah dari Rakyat , Beliau terpilih dan Menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke IV ( empat ) kala itu, Beliau menjabat pada tahun 1999 - 2001.
Pada Tanggal 30 Desember 2009, Beliau tutup Usia dan menghembuskan Nafas yang terakhir ( Meninggal Dunia ). Dalam usianya yang ke 69 tahun. Di makamkan dalam Komplek Pondok Pesatren yang terkenal di Jombang jawa timur, Yaitu " Tebu Ireng "
Masa kecil sampai Menginjak usia remaja, Gus Dur telah menghabiskan waktu ditempat kelahirannya di Jawa Timur. Walaupun kenyataanya, Gus Dur Juga mempunyai seorang Kakek Buyut / Canggah ( Istilah Bahasa jawa ) yang pernah tinggal di Kota Salatiga Bernama
" Sayyid Bin Abdul Wahid Bin Abdul Halim "
Kalau menurut silsilah, Nama canggah terdapat pada urutan setelah Buyut, Buyut setelah Simbah, Simbah Setelah ayah, Ayah mempunyai keturunan yang di sebut dengan Anak. Dan, Anak tersebut akan menurunkan anak lagi sampai ke generasi berikut, dan berikutnya.
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
Jika menurut Cerita Warga, Makam Canggah Gus Dur di ketahui pada saat ibu Gus Dur Yang bernama
" Siti Solekhah " Mendatangi Kepala Desa yang bernama Bapak Dalhar.
Ibu Siti Sholekhah mengajak Bapak Dalhar, Beliau memintanya Untuk menemani berziarah ke makam Canggahnya Gus Dur Yang berada di Gunung Cungkup, Tepatnya di desa Tingkirlor, Dusun Krajan, Kota Salatiga. Sekalian Memberitahukan kepada Kepala Desa, Bahwa Makam yang beliau datangi dan di ziarah'i adalah makam Canggah Gus Dur.
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
Makam Canggah Gus Dur, Berada di komplek pemakaman Umum. Satu komplek dengan makam makam kuno lainya. Jika di lihat dari Batuan kijing dan maesanya, Makam tersebut merupakan makam tokoh tokoh penting saat itu, Kalau saya menyebutnya Era mataram Islam. Saya menyamakan makam tersebut dengan komplek makam yang berada di Imogiri Bantul, Daerah Istimewa Djogjakarta. Konstruksi kijing dan maesannya memiliki kesamaan Walaupun agak sesikit berbeda. Dan Beberapa makam yang berada di batur paling atas, Terlihat sangat berbeda jika di bandingkan dengan bentuk maesan dan kijing pada umumnya. Seolah olah, Makam tersebut telah terbaring sosok seorang tokoh tokoh penting di antaranya. Namun sangat di sayangkan, Beberapa makam yang saya anggap orang penting tersebut, Tidak terpampang nama, Tanggal dan tahun wafatnya, Dan keterangan lainnya yang tertera pada batu Maesan tersebut. Kenapa saya menyebutnya makam tokoh penting .. ??? Kařena bebèrapa makam itu berada pada bagian batur paling atas, Dengan Maesan dan kijing yang berbeda dari yang lainya.
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
Komplek Makam Canggah Gus Dur berada di lokasi kontur tanah yang berbentuk Gumug ( Jawa ) atau Bukit.
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
Nah .. !!! Di area seputaran komplek makam ini, Ternyata bukan makam makam kuno saja yang dapat kita temukan. Melainkan, Ada beberapa sebaran panel sebuah bangunan yang merujuk pada tempat suci pemujaan kuno berupa Candi.
Panel panel tersebut telah di alih fungsikan menjadi beberapa peralihan untuk kegunaan.
Yaitu :
1. Pada gambar di atas, Menunjukan sebuah panel yang terdapat pada sebuah bangunan pemujaan kuno / candi, Walaupun kecil ukurannya di bawah normal, sudah bisa di pastikan kalau panel tersebut merupakan salah satu penghias pada bagian tangga sebuah bangunan. Jika wujud bangunan Candi tersebut masih ada, Mungkin .. Bangunan candi itu relatif sangan kecil.
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
Pada teras yang ke tiga, Tepatnya di sisi sebelah Barat. Terdapat satu Makam dengan Maesan terbuat dari batu. Dengan ukuran Besar dan memiliki ukiran khas makam era mataram islam. Yang di buat pada masanya, Berkisar antara tahun 1700 - 1800. Dan di lokasi inilah, Makam canggah Gusdur berada.
Sebelum kita masuk lokasi makam tersebut, Kita akan menjumpai dua buah panel bangunan yang belum bisa di tentukan bentuk dan namanya. Karena, Panel tersebut myngkin, Belum selesai di buat. Banyak ahli di bidangnya, Bahwa .. !!! Panel yang belum selesai di buat itu, Merupakan panel bangunan bagian atap yang di sebut sebut sebagai Stupa. Jika benar itu merupakan panel stupa, Berarti secara garis besar, peradaban masa buddha sudah mulai masuk ke area salatiga. Sedangkan, di area salatiga banyak sekali di temukan sisa sisa banguan kuno yang memiliki peradaban sekte hindu Siwa.
Selain panel yang di sebut sebut sebagai stupa, terdapat juga Keberadaan panel lain Yang berbentuk batuan persegi kotak memanjang dengan pelipit sebagai garis batas panel satu dengan penel lainnya. Dan dapat di pastikan juga, Bahwa panel panel tersebut memang sengaja di buat untuk berdirinya bangunan pemujaan.
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
Selain Itu juga terdapat ..
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
" Komplek Makam Canggah
Gus Dur "
Kedua panel yang di anggap sebagai setupa, Juga terdapat di Batur paling akhir atau puncak dari komplek makam tersebut. Tepatnya berada di sisi sebelah utara. Berarti Jika di hitung dengan jumlah yang terlihat, Panel yang di sebut dengan setupa tersebut ada 4 ( Empat ) buah. Dan Keseluruhannya, Sudah mendapatkan nomor Registrasi dari Kedinasan Terkait.
Mungkin ada beberapa pertanyaan dari para pembaca yang budiman.
Mungkin Keterkaitan bangunan Kuno dengan keberadaan makam tersebut.
Di sini saya akan mencoba menjelaskan semampu saya, Dengan sedikit pengetahuan yang saya dapatkan.
Kenapa seringnya, Makam makam kuno atau makam makam keramat selalu berada dalam lingkup sisa sisa bangunan kuno atau sisa reruntuhan bangunan Pemujaan dan seringnya terdapat pada puncak gunung atau perbukitan .. ???
Banyak sekali makam makam kuno dengan nuansa kepercayaan Baru ( Muslim ). Dengan nama nama yang sering sekali kita dengar menggunakan tingginya derajad atau tingkatan atau taraf orang yg berjasa di suatu daerah terasebut.
Sebagai Contoh nama nama yang berada dan seringnya muncul di sekeliling reruntuhan bangunan pemujaan :
1. Syech
2. Sayyid
3. Khabaib ( Khabib )
4. Waliulloh ( Aulia' )
Sebenarnya, Orang orang jaman dahulu sudah pandai dalam menentukan sebuah tempat, Di mana akan di dirikan dan dibangun tempat tempat yang di anggap paling suci untuk mengadakan upacara pemujaan. Leluhur kita lebih jeli akan hal itu.
Kenapa di puncak bukit atau di dataran gunung, Seperti Dataran tinggi Dieng atau Di Hyang ( Dunia Para Dewa ). Selain di Dieng, Terdapat juga tempat pemujaam di lereng Gunung Ungaran yang sering di sebut sebut komplek Candi Gedong Songo.
Leluhur kita masa itu telah memiliki kontak batin yang masih jernih dalam berfikirnya. Sehingga bangunan tersebut dibuat di atas bukit dan dataran tinggi, Di karenakan leluhur kita menginginkan kedekatan dengan sang Hyang Widi Saat melakukan ritual pemujaan tersebut. Bahkan, Doa atau mantera mantra yang terucap pun, Di buat dengan berbagai narasi yang sekiranya bisa menyentuh , seakan akan sikap ritual dan doa dan materanya dapat di terima oleh Sang Hyang Widi ( Maha Tunggal ).
Sehingga sampai abad ke 17 - 18, Banyak dari kalangan Anak Anak didik para Kyai atau Santri dari ajaran dan keyakinan baru ( Muslim ), khususnya di nusantara. Telah menjadikan adat budaya tersebut di manfaatkan sampai sekarang. Masih Percaya bahwa puncak bukit atau lereng gunung merupakan tempat yang pas untuk pemakaman orang orang yg memiliki jasa, Derajat dan pangkat lebih tinggi di masa itu ( Kyai )
Pemakaman seringnya berada di lokasi temuan Situs Cagar Budaya.
Pada masa itu juga, Leluhur kita sudah mengajarkan bab bab kebaikan tentang berkehidupan yang tumbuh dan bersanding dengan ciptaan lain. Termasuk juga dalam melindungi tempat tempat yang pernah di sucikan sampai di keramatkan. Dan munculah gagasan gagasan lain, Untuk menjaga toleransi antar umat beda keyakinan yang muncul dari sebuah peradaban. Ini adalah salah satu bentuk dari kepedulian masyarakat pada masa itu sampai sekarang. Tentang perlindungan situs cagar budaya yang di jadikan komplek pemakaman.
Datang sebagai pembuktian Keberadaan situs sejarah.
Datang Untuk melakukan Suatu doa di makam, Tahlil atau tawasul dan mendoakan ahli kubur yang sudah meninggal mendahului kita.
Semua itu, Sudah di lakukan oleh leluhur kita, Sebelum datangnya agama muslim di nusantara.
Yang di lakukan sama, Tapi beda dalam melafalkan do a.
Sebenarnya, Banyak contoh contoh yang di berikan kepada leluhur kita, Tentang kebaikan dan menjaga keutuhan sesama umat. Jika leluhur kita bisa, Kenap kita tidak.
Lewat kajian relief pada bangunan Pemujaan Candi.
Perjalanan Ke Makam Canggah Gus Dur, sebenarnya sangat mudah untuk di temukannya. Apalagi jaman sekarang, siapa sih yang tidak mengenal aplikasi cellular Map. Yaitu, Sebuah jaringan yang di ciptakan untuk memudahkan mencari alamat yang akan kita kunjungi, Walau pun belum pernah sama sekali.
My You tube
_Salam_Watu_Atos_
_Save_Omah_Anyar_
Komentar
Posting Komentar