WATU LUMPANG KANDRI GUNUNGPATI
" Watu Lumpang Pertanian "
Mendengar terus Mencari terus Mengungkap dan memelihara warisan Adat budaya Sendiri
WATU LUMPANG dan ALU
Watu Lumpang bentuk nya BUNDAR artinya PARIPURNA sempurna..
Simbol WANITA/swanita warnanya Merah/energi negatif/bersifat dinamis/simbol bumi atau ibupertiwi/kesuburan..
ALU
Simbol pria/sperma/warna putih/simbol bapak angkasa/simbol benih/energi negatif/bersifat statis..
Fungsi:
Lesung dan alu digunakan untuk memisahkan padi dari tangkainya dan untuk melepaskan kulitnya, cara ini disebut nlusuhi.. Setelah ditlusuhi ditumbuk pakai lumpang dan alu, setelah kulit padi lumat lalu dipindahkan ke TAMPAH (filosofinya memisahkan yg paling baik,lebihbaik,baik,kurang baik) untuk ditampi sampai bersih..
Berlaku juga untuk menumbuk biji bijian seperti kopi dsb.
Intinya ALAT TRADISIONAL pengolahan pangan..
Filosofi ajaran yg tersirat di Watu Lumpang dan Alu adalah, persatuan antara tanah dan benih sehingga adanya tumbuh tumbuhan.
Persatuan swanita dan sperma sehingga adanya manusia.
Persatuan antara pria dan wanita sehingga adanya perkawinan.
Swanita simbol warna merah,Sperma simbol warna putih yg sekarang kita nikmati bisa melihat Bendera MERAH PUTIH,walupun dulu belum ada BENDERA tetapi ajaran Watu lumpang dan Alu membuktikan bahwa Leluhur Nusantara membuat sesuatu pasti ada pesan ajaran untuk di ungkap, karena Leluhur kita berbudaya tinggi.
Halamam Pondok Pesantren Putra dan Putri Taffidzul Qur'an Al Fitroh Desa Kandri Kec. Gunungpati
Salah Satu Tempat Belajar menuntut Ilmu agama dan Ilmu Kitab, Sebagai Contoh adanya toleransi Atar keyakinan Beragama. Di halaman Pesantren tersebut, Terdapat beberapa jajaran dan tatanan batu lumpang, Yang sengaja menaruh di halaman Pondok Pesantren Tersebut, Dengan alasan yang sangat tepat. Yaitu : Melindungi Situs cagar budaya Nusantara yang semakin rusak karena ke awaman beberapa masyarakat yg benar benar belum faham tentang situs cagar Budaya Nusantra.
Batu batu lumpang tersebut, Di swlamatkan oleh Bapak kyai pengasuh Pondok Peaantren Al fitrah. Karena beliau melihat suatu kejadian yg benar2 membuatnya merasa di sayangkan.
Halamam Pondok Pesantren Putra dan Putri Taffidzul Qur'an Al Fitroh Desa Kandri Kec. Gunungpati
- Pak Kyai Tersebut, Telah menyelamatkan beberapa situs cagar budaya termasuk Yoni, Mendapatkan Laporan atau informasi dari salah satu warga, bahwa ada seorang warga yg sedang menggarap lahan sawah, Tidak menginginkan batu lumpang tersebut berada di lahanya, Dengan alasan bahwa, Batu lumpang tersebut telah membuatnya kurang puas dengan garapan sawahnya, Istilah jawa " Ngewuh ngewuhi ", Sehingga, Warga yg menggarap lahan sawahnya berkata " Barang siapa yg mau memindahkan batu lumpang dari sawah saya ini, Saya persilahkan untuk membawanya pulang, Jika tidak ada seorang pun menginginkan batu lumpang ini, Dengan sangat terpaksa, Saya akan memecahnya, Hingga saya dapat bertanam padi dengan luasnya " mendengar laporan seperti itu, Dari salah satu warga yg mendengarnya. Maka, Warga tersebut melaporkan kejadian ini kepada Bapak kyai. Sehingga, Pak Kyai Tersebut terus dan langsung saja menuju ke sawah yg di maksudkan. Dengan demikian, Kesadaran Pak Kyai sebagai ahliwaris situs cagar Budaya, Merasa menyayangkan, Dan segera mengutus beberapa warga, Untuk memindahkanya ke halaman pondok pesantren Taffidzul Qur'an Al Fitroh Kandri, tentunya tidak hanya berbicara saja, Melainkan ada imbalan sejumlah Uang dari beliau untuk warga yg membantu mengangkatnya.
Jajaran Watu Lumpang Di halaman Pondok Pesantren Putra Putri Taffidzul Qura'an Al Fitroh
Sampai sampi, Setiap Kejadian atau laporan dari warga kepada beliau, Bapak kyai Dengan Kesadaran akan keselamatan situs cagar budaya, Beliau selalu mempunyai rasa Menyayangkan kalau kalau sampai rusak, Akibat keawaman seseorang yang benar Benar belum tau Filosofinya.
Watu Lumpang
Hingga Kejadian Itu hapir sering kali terjadi, Sampai terjadi sebanyak 12 ( Dua Belas ) Kali. Setiap ada laporan dari pihak warga, Selalu menuju ke kediaman Bapak Kyai tersebut.
Kebanyakan watu lumpang yg berjajar tertata di depan halaman Pon Pes Taffidzul Qur'an ini, Terdapat di seputaran sawah desa Kandri Gunungpati saja.
Watu Lumpang
Banyak Pendapat ygang mengatakan, Bahwa .. Watu Lumpang itu adalah simbul pertanian. Tapi banyak juga yg berpendapat, Watu lumpang itu banyak fersi filosofinya, Di antaranya beberapa yang Mengeluarkan berbagai pendapat.
Watu Lumpang
1. Watu Lumpang Merupakan Sarana pemujaan Dewi Sri atau Dewi Padi atau Dewi Kesuburan. Pendapat ini mengutarakan, Seringnya watu lumpang tersebut terdapat di lahan oertanian yg produktif, Contohnya Di area persawahan dan Area perkebunan. Tapi, Bagai mana dengan watu lumoang yang juga terdapat di makam umum dan juga di tengah tengah sebuah desa .. ??? Alasan Ini juga belum bisa di pastikan.
Watu Lumpang
2. Watu Lumpang dengan alasan yang ke dua.
Watu Lumpang penanda tanah krajan. Alasan ini juga berpendapat, Bahwa seringnya nama desa yang menggunaoan nama krajan, Pasti menyimpan suatu tinggalan, Walaupun setidaknya hanya sebuah batu lumpang saja. Pendapat ini bisa juga di jadikan alasan. Memang, Saat melaksanakan acara blusukan dengan teman2 yg memiliki jiwa yang sama. Seringnya, Mencari atau mendengar nama sebuah desa menggunakan kata krajan, Menjadi mistri atau tanda tanya besar dengan desa yang kita maksud. Pembuktian menyatakan bahwa, Banyak benarnya. Situs watu lumoang seringnya kita jumoai di desa yang menggunakan kata krajan. Namun .. alasan ini pun juga tidak bisa di jadikan acuan untuk fungsi asli dari sebuah watu lumpang. Alasanya karena, Belum pernah di temukanya sumber yang falid untuk pernyataan seperti itu, Contohnya .. Sebuah prasasti yang membahas soal fungsi dari watu lumpang tersebut.
Watu Lumpang
3. Watu Lumpang yang berikutnya, Mempunyai alasan bahwa. Watu lumpang di buat untuk memudahkan suatu pekerjaan. Yaitu, Sebagai sarana atau alat untuk menumbuk hasil dari pertanian. Contohnya :
1. Padi
2. Jagung
3. Dan hasil panen lainya yg berupa biji bijian.
Alasan ini pun, Juga tidak bisa di jadikan acuan kebenaran fungsi watu lumpang tersebut. Secara dari beberapa alasan di atas, Keseluruhannya memiliki kesamaan dalam fungsi dan kegunaanya, Semua itu tergantung pada penggunaanya.
Watu Lumpang
4. Pendapat tentang watu lumpang, Juga merujuk kepada benda ritual utuk upacara masa mulai bertani dan masa musim panen, Dengan cara cara tertentu. Penyembelihan hewan jenis unggas atau ayam jantan, Yg di maksudkan sebagai sasaji kepada dewi padi, Dengan meminta berkahnya, Supaya awal tanam sampai musim panen tiba, Tidak terjadi kendala dengan adanya hama dan gangguan lainya. Secara tindakanya, Warga berkumpul secara kebersamaan dan mengelilingi letak batu lumpang. Seraya melakukan upacara penyembelihan ayam jantan yg terlaksana di atas batu lumpang, dan di perkirakan, Darah ayam jantan yg audah di sembelih mengalir dan mengisi cekungan tengah pada batu lumpang itu. Setelah ayam di sembelih, Lalu daging ayam di masak dan di bagikankepada warga yang ikut dalam upacara tersebut.
Batu Lumpang
Batu Lumpang juga di descripsikan sebagai penanda tanah krajan, Di mana awal mulanya desa itu terbentuk sampai sekarang. Nama desa yang menggunakan kata krajan, hampir keseluruhan tterdapat situs cagar budaya, Walaupun setidaknya hanya watu lumpang saja.
Yoni
Banyak Juga dalam penyebutan yoni berbeda dengan nama aslinya.
Ada yg bilang, Yoni itu di sebut dengan watu lumpang, Ada pula yg menyebutkan Watu kenteng.
Ada juga yang menyebutkan dengan watu lesung, Mungkin juga masih banyak sebutan sebutan lainya.
Yoni
Yoni adalah sebutan nama bwnda cagar budaya di atas, yoni merupakan sarana pemujaan hindu kuno yg memilii pasangan berupa lingga. Dalam emitologi hindu kuna, Lingga dan Yoni adalah simbol dari Trimurti, ke tiga deqa dalam keyakinan hindu kuna, Yang di antaranya
1. Lingga di simbulkan sebagai Dewa siva / Siwa
2. Wisnu
3. Brahmwa
Yg di simbulkan sebagai Yoni
Komentar
Posting Komentar