JEJAK KEKUNOAN DI MAKAM NYAI KUNING




" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan Nusantara "

Sampai Bingung dengan kata kata, Yang akan di utarakan dalam ketikan. Saat membuka sambutan, Untuk awalan menulis kisah perjalanan Blusukan kali ini. Serasa, Seakan mukaddimah sudah terpakai semu untuk awalan pembuka. Pengennya sie, Yang iatimewa. Tapi kalau langsung pada ulasannya, Bakalan gak asiknuntuk di baca. Karena, Paling yang di bicarakan itu itu sadja. 



Mengawali perjalanan dengan agenda blusukan situs cagar budaya di suatu daerah. Bukan suatu pekerjaan yang di tetapkan, hanya Sekedar hobi yang tersalurkan, Lewat kekaguman soal aedjarah Perwalian. Yang akhirnya memang, Mengharuskan untuk mencari suasana baru sebagai permulaan. Untuk lebih mengenal sedjarah sedjarah nusantara. Pastinya sedikit demi sedikit, Dan mungkin juga dengan tempo yang agak lama. Mempelajari dan Mengenal jenis bangunan cagar budaya, Memang seharusnya dari bentuk bentuk dan material material pada sebuah bangunan sedjarah. Dengan harapan, supaya kita lebih bisa mengel karakter dan fungsi fungsinya. Sebagi Contoh, Beberapa panel bangunan pemujaan ,Yaitu bangunan Candi. Tersebar di beberapa titik di lingkungan padat penduduk di Kec. Bandungan. Beberapa panel bangunan candi, Telah berubah fungsi menjadi Maesan di komplek makam daerah tersebut. Komplek makam tersebut ada di belakang masjid Nurul Falah.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Sekilas bangunan masjid ini, Nampak seperti baru. Iya, Seperti baru di pugar dengan penampilan lebih modern. Menara menara bangunan masjid yang berjumlah empat tiang, beberapa persen, Hampir menyerupai menara masjidil haram di madinatul munawaroh jazirah arab. Tapi jangan salah, memang bangunan itu mengalami beberapa kali pemugaran, yang menjadi pengamatan extra yaitu, denah bangunan masjid ini tidak berubah sama sekali. Bahkan memiliki nilai history yang kental dengan sedjarah pembangunan masa peradaban era Mbah Wali Nyai Kuning ( Nama Julukan ). Bahwa di ceritakan oleh warga setempat. Bangunan masjid ini merupakan tinggalan beliau Mbah Wali Nyai Kuning, Beserta mimbar yang di yakini oleh warga setempat, Di gunakan oleh para santrinya saat melaksanakan khotbah Jum'at atau khotbah dalam religiusnya. Selain itu, Beberapa hal yang masih nampak di seputaran masjid Nurul Falah. Kita lihat bersama sama, gambar yang ada di depan bangunan masjid tersebut. Ada dua buah gentong, yang terbuat dari batu andesit. Ikut berperan menghiasi aula serambi dan halaman depan masjid. Yang berada di saping kanan kiri anak tangga yang menuju ke ruangan dalam masjid.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Poto / Gambar ke dua gentong tersebut. Jika warga setempat bercerita, ke dua gentong itu di beri nama Padasan ( Tempat menampung air bersih untuk sesuci atau berwudhu ). Karena terdapar satu lubang di antara gentong tersebut. Terdapat di bagian tepi luar bagian bawah, Yang menembus ke ruangan dalam gentong. Padasan tersebut termasuk tinggalan Mbah Wali Nyai Kuning. Dan di ceritakan, kenapa Mbah Wali Wali Nyai Kuning di jadikan pepunden desa tersebut .. ???

Sedikit mendengar cerita dari Warga setempat ..

Mbah Wali Nyai Kuning, Dulu berasal dari Djogja, Beliau hidup pada tahun 1800 añ. Beliau juga mempunyai seorang Guru spiritual ( Tidak di sebutkan namanya ). Secara kebetulan, Beliau ( Gurunya ) adalah abdi dalem keraton Djogja dan Mempunyai Jabatan ( Tumenggung ). Kala itu saang Guru, Sang guru menyuruh Nyai Kuning, untuk mengembara Ke arah utara dan menyebarkan keyakinan baru di kawasan Utara. Maka dari itu, Nyai Kuning mengiyakan Perintah dari Gurunya. Berjalan Ke Arah Utara dan terhentilah jejak langkah beliau di lereng Gunung Ungaran, Tepatnya Sebelah Selatan Gunung tersebut. Lebih tepatnya lagi, Di kecamatan Bandungan. Lalu, beliau melakukan Syiar keyakinan di tempat tersebut. Tidak lama kemudian, Waktu di lalui dengan tekun dalam syiar. Hanya beberapa bulan saja sudah nampak hasil syiarnya. beliau mengembangkan kekuasaan Syiar di daerah daerah di sekitar Kec. Bandungan. Semakin pesat dan terus berkembang pesat. Sehingga kabar itu pun, Sampai ke telinga Guru spiritualnya. Lalu di sampaikan kabar tersebut, kepada Sri sultan. Sehingga, Sri Sultan merasa bangga dengan hasil Syiarnya. Untuk tidak melewatkan kesempatan itu, Sri Sultan mengutus telik sandi dan para prajurit, Mencari di mana keberadaan Nyai Kuning, Untuk di suruh pulang ke keraton. Keperluan penerimaan hadiah, Berupa sebidang tanah Yang pernah di janjikan pada Beliau lewat Gurunya. 

Singkat Cerita, Telik Sandi dan para pengawal behasil menemukan nyai kuning, Dan di boyong ke kraton Djogja, Untuk menghadap sri sultan, Untuk penerimaan hadian sebidang tanah. Mbah Wali Nyai Kuning di ijinkan menerima ( Hadiah ) dari kasultanan Djogja. Maka dari itu, Mbah Wali Nyai Kuning, Menerima sebidang tanah tersebut, Yang akan di gunakan, Sebagai awal membuka suatu peradaban baru / Desa, yang akan di kelola menjadi tempat yang kiranya bisa menjadi manfaat oleh para pengikut dan para penduduk penduduk Setempat. 

Sri sultan menawarkan, Berapa luas tanah yang di inginkan oleh Nyai Kuning. Maka dari itu, Nyai Kuning pun akan menentukan luasnya tanah yang si berikan, Dengan Cara membakar klaras ( Daun Kering ), Pembakaran klaras itu, Tentunya harus di saksikan pula oleh Sri Sultan. Keesokan harinya, Sri Sultan dan Gurunya, Berankat dari Kraton Djogja mengikuti Nyai Kuning, Menuju ke suatu tempat yang di maksudkan, menuju ke tempat, Di mans tempat tersebut, Merupakan tanah yang di Hadihkan dan di inginkan oleh Nyai Kuning. Di lahan Kosong, Nayi Kuning melakukan pembakaran Klaras yang sudah di sediakan oleh para santri atau murid muridnya. Sehingga api menyala dan brkobar kobar. Dalam percakspan, Nyai Kuning Berkata.

" Sampi Sejauh Manakah Bara api ( Sisa Pembakaran daun kering yang terbawa Angin ) Ini jatuh, Berarti seluas itulah tanah Yang di Inginkannya "

Bara api itu jatuh, Yang di maksudkan adalah, Bara api tersebut sebagai penunjuk batas luas tanah yang di makaudkan. Yang sekarang menjadi Sebuah desa bernama :
" Banyu Kuning "

" Sehingga, Meninggalnya Mbah Wali Nyai Kuning, Di makamkan di sebuah tempat. Tepatnya sebelah barat di atas bukit Berokan "

Ada apakah di makam aimbah wali nyai kuning, Nanti kita babarkan di bawah.

Cerita Rakyat Banyu Kuning atas terjadinya sedjarah nama desa tersebut.
Sedangkan saya, Hanya penyambung Lidah Dari warga setempat. Yang sengaja saya abadikan dengan bentuk ketikan tangan.

Setelah mengetahui Situs Cagar Budaya berupa padasan, Yang berada di depan masjid. Explore Situs selanjutnya berada di belakang masjid, tepatnya di komplek makamm umum warga. Yaitu, Sisa sisa bangunan Kuno pemujaan, Atau reruntuhan Candi. Saat memasuki komplek makam tersebut, Tidak lekang dari pandangan mata. Nampak semua sisa sisa tersebut, bèralih fungsi Secara keseluruhan, Berubah fungsi menjadi maesan Makam.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Sama halnya dengañ ketiga buah artefaks di atas, Antefiks namanya. Antefiks merupakan, panel penghias bangunan candi. Yang Berada di bagihan Atap. Biasany terdapat pada bagian tepi sudut dan tepi tengah. Antefiks tersebut, Biasanya berukir flora ( Tumbuhan ) Berbentuk Sulur Sulur, Atau Fauna ( Hewan ) Berwujud Burung.

Gambar di bawah ini, Sebenarnya bukan salah satu artefaks. Melainkan, Memang asli maesan. Mau di buang atau di hapus sayang, Karena sudah terambil gambarnya. Sekalian saja saya masukin ke blog ini.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantar "

Nah .. !!! Kalau artefaks di bawah ini, Memang benar adanya. Artefaks bangunan candi juga. Fungsinya sebagai Batu pengisi saja, Atau lebih di kenal dengan Batuan lepas.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Batuan lepas yang berfungsi sebagi bahan material pengisi bangunan candi. Namun, Kinienjadi Kijing ( Maesan ) dan pwmbatas makam.

Gambar di bawah ini, Merupakan bentuk dari watu lumpang. Kalau watu lumpang yang modelnya kayak begini, Sangat menarik. Cerita warga, dulu watu lumoang ini, Juga pindahan dari sawah Banyu Kuning. Dan di bawa pulang warga untuk di manfaatkan sebagai alat.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Watu lumpang untuk sarana penumbuk hasil tani.

Seperti ulasan explore di atas, Yang saya smpaikan ada apa di makam Mbah Wali Nyai Kuning. Sama halnya dengan komplek makam umum milik warga, Komplek Makam Mbah Wali Nyai Kuning, Juga ada artefaks sisa sisa bangunan dari pemujaan atau Candi.
Adalah tangga masuk komplek makam, yang menghububgkan ke makam Mbah Wali Nyai Kuning.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Gambar bangunan mirip rumah itu, Adalah pusara Mbah Wali Nyai Kuning. Dan di bawah ini, merupakan maqom beliau. Saat masuk ke Maqom tersebut, Tetap mengadakn tawasulan dan meminta ijin sama beliau Kalau niat saya ke lokasi ini, Untuk mengexplore komplek makam. Tanpa saya sadari, Saya pun tercengang melihat bentuk maesan Maqom Mbah Wali Nyai Kuning, Yang di tutup dengan Kain kafan. Tidak di sadari, Hampir mirip dengan bentuk lingga. Untuk mengobati rasa penasaran tersebut, Saya memutuskan untuk melepas kain kafan tersebut, Dan ingin tau apa sebenarnya maesan tersebut.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Tanpa saya sadari, Memanbenar benar dua buah lingga, Dengan Ukuran jumbo / Besar. Sampai membayangkan dalam angan, Jika lingganya besar seperti ini, Seberapa besar pasangannya ( Yoni )

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Lingga merupakan, Sarana pemujaan Hindu Kuna, Sekte Siva ( Siwa ). Juga di lambangkan sebagi alat kelamin Laki laki.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Setelah explore ke dalam maqom mbah wali, Saya pun keluar untuk melihat lihat keadaan di luar. Sungguh mengagumkan, Bahwa si kuar juga banyak terdapat bebatuan berpola, sisa sisa dari bangunan Candi.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Ketiga gambar di atas adalah, Tiga buah kemuncak, Jenis artefaks yang di sebut sbut dengan ratna. Di manakah keberadan panel ratna sesungguhnya. Sama halnya dengab antefik. Memiliki fungsi yang sama, Yaitu bidang Hias pada banguna pemujaan. Yang berada di bagian atapnya.
Semakin banyak, Dan semakin namoak di beberapa temoat dalam komplek makam tersebut. Bahkan ada batuan candi yang memiliki ukiran atau relief. Contohnya gambar di bawah ini, Panel pad bagian selasar yang memiliki ukiran bunga.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

Bunga Ceplok Namanya, Yang menunjukan sebagai bangunan candi langgam Jawa Tengahan atau sebagai identitas bangunan Candi Jawa Tengahan.

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

" Expedisi Jejak Jejak Kerajaan kuno Nusantara "

sampai ke barat dan ke barat, Yang akhirnya mentok ke bagian paling barat makam, Ternyata masih bayak batuan batuan lepas bangunan candi. Dan hampir secar ke keseluruhan, Sudah beralih Fungsi menjadi Maesan makam. Mungkin, Dengan cara itulah, Warga setempat mekindungi Situs Cagar Budaya di tempat asalnya. Dengan cara, mengalihkan fungsinya sebagai Maesan makam.

Banyak cërita cerita dan legenda legenda rakyat, Yang patut kita acungi jempol. Ada maksud tertentu, Supaya situs cagar budaya nusantara tetap terlindungi, Dan tidak rusak atau hilang oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab.

" Hobiku Dolan Kuburan "






Komentar

  1. waaaahhh ... siapa ini yg nulis... saya orang yg peduli dan saya pengen tau mjenengan... momor saya 085726617850

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI