CANDI MENDUT

" CANDI MENDUT ATAU CANDI RORO MENDUT "



Candi Mendut

Candi Mendut terletak di Desa Mendut
Kec. Mungkid
Kab. Magelang
Candi Ini bangunan Suci berlatar belakang keyakindan buddha. Kemungkinan bangunan ini di bangun pada awal abad ke IX oleh radja indera ayah dari Samarattungga, dengan maksud memuliakan leluhir pada Dinasti syailendra. Prasasti dari karang tengah berangka tahun 824 Masehi, menyebutkan bahwa, Raja indera membangun bangunan bernama Venuvana yang di artikan hutan bambu ( oleh Casparis yang di hubungkan dengan keberadaan Candi Mendut.

Candi Mendut

Di perkirakan Usia Candi Mendut lebih tua dari Candi Borobudur, walaupun pembangunanya sejaman. Ini berdasarkan temuan tulisan pendek ( Bagian Dari Matera dalam ajaran keyakinan Buddha ), yang di duga berasal dari bagian atas pintu masuk. Terbukti adanya kesamaan pada karmawibhangga di bangunan Candi Borobudur. Dan bangunan Candi Mendut sekarang menjadi tempat peziarah bagi agama buddha, dan tempat wisata bagi wisata lokal dan wisata asing ( Manca Negara ).

Candi Mendut

Pada tahun 1834 ( Residen Kedu ) kala itu, melakukan pemugaran Candi Mendut, untuk mengembalikan ke bentuk semula. Bahkan pemugaran sembat berhenti karena beberapa kendala. Pada tahun 1897, di oersiapkan lagi untuk di lakukan pemugaran. Dari tahun 1901 - 1907, Brandes berusaha merestorasi Candi Mendut. Dan kemudian di lanjytkan oleh Van Erp pada tahun 1908, tidak berhasil merekonstruksi secara lengkap. Pada tahun 1925, pemugaran di anggap selesai. Setiap Tahunya, Candi Mendut di gunakan untuk acara dan upacara kegiatan keyakinan Buddha, khusunya menjelang Hari Raya Waisak.

Candi mendut menghadap Ke arah barat Laut, dan bahan bangunan dalam Candi di ketahui menggunakan batu bata merah yang di tutup dengan Batu andesit. Denah bangunan candi berbentuk bujur Sangakar, dan kaki candi ini merupakan bangunan yang paling tinggi dan memiliki selasar di atas kaki Candi.

Candi Mendut

Bangunan Candi Buddha pada umumnya terdiri atas tiga tingkat, sama halnya dengan bangunan Candi Himdu.
Jika dalam penyebutan Kemuncak pada Candi Hindu Biasanya lebih di kenal dengan Ratna.
Jika dalam bangunan Kemuncak pada  Candi Buddha lebih di kenal dengan Stupa.
Bagian Bagian pada bangunan Candi Buddha anta lain, Mulai dari kaki Candi ke Atas.

Candi Mendut

1. Kamadhatu ( bagian Dasar atau kaki candi ).
Melambangkan Dunia manusia yang masih penuh dengan Dosa, dari perbuatan yang penuh dengan Maksiat.
Di bagian Kamadhatu terdapat hiasan hiasan pada bagian perangkat tangga yg berada di depan ambang pintu yang menuju ke ruangan Candi.

Anak Tangga Candi Mendut

      
             Makara                 Makara

Di bagian ujung depan Pipi tangga candi, terdapat Makara yang berada di samping kanan dan kiri.

     
           Arca Gana             Arca Gana

Ke dua arca Gana yang terdapat pada bagian bawah makara, Seringya arca gana berdiri, posisi ke dua tangan di  atas kepala, menunjukan sedang mengangkat atau menahan beban yang di angkatnya.
Namun posisi Gana dalam Candi Mendut ini dalam posisi duduk bersila dan satu kakinya setengah berdiri dan di tekuk ke dalam.

Masih Banyak lagi hiasan hiasan ukiran berbentuk relief yang berada pada bagian Kamadhatu, khususnya pada bagian kaki Candi.

    
Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki Candi

      
Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki Candi

       
Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki Candi

     
Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki      Candi

Ragam Hias Pada Dinding Kaki Candi

Ragam hias pada dinding kaki candi di penuhi dengan Relief flowra dan fauna, juga para dewa dewi penghuni kahyangan.


Pipi tangga Candi

Bagian pipi tangga candi sebelah utara, terdapat beberapa relief yang terkenal dengan sebuah pesan moral yang terdapat dalam kisah cerita jataka.

Pipi tangga Candi

Bagian Pipi tangga Candi sebelah selatan, sama halnya dengan ukiran hiasan relief yang mempunyai pesan moral, sama halnya trdapat pada cerita Jataka.

Relief Pancatantra pada pipi tangga Candi mendut di sebelah kanan Utara.

Angsa dan Kura kura

Seekor kura kura yang bertempat tinggal di Danau Kamudawati, yang airnya berasal dari telaga manasasara. Di tempat itu pula tinggal sepasang angsa jantan dan betina, angsa jantan bernama cakrangga dan angsa betina bernama cakranggi, yang bersahabat dengan kura kura. Ketika musim kemarau tiba, air di danau pun menjadi kering. Dan semua penghuni danau pun, pergi mencari danau lain yang mempunyai air untuk kebutuhan hidupnya. Sepasang angsa pun melakukan hal yang sama dengan hewan hewan lainnya, pergi mencari danau yang masih memiliki persediaan air yang cukup untuk bertahan hidup, saat kedua angsa tersebut berpamitan kepada kura kura, mengatakan bahwa ke dua angsa tersebut ingin hijrah atau pindah tempat ke kaki Gunung Himawan yang bernama danau Manasana, menggambarkan air itu jernih, bening dan dalam, tidak akan habis walaupun musim kemarau datang, kata si angsa seperti itu, si kura kura yang bernama Kecapa pun ingin mengikuti kemana arah angsa tersebut pergi mencari danau yaang memiliki cukup air, dengan tujuan mereka menunjukan suatu tempat di kaki gunung, akhirnya dengan niat mengajak kura kura pergi dan meninggalkan danau yang kering tersebut. Dan membawa kura kura terbang dengan cara menggigit bagian tengah batang kayu, pada bagian setiap ujung di gigit menggunakan paruh oleh kedua angsa jantan dan betina. Sebelum perjalanan melalui penerbangan, ke dua angsa memberikan pesan ke pada kura kura, supaya tidak membuka mulutnya di tengah tengah penerbangannya, walaupun apa yangbterjadi, dan si kura kura kecap mengiyakan pesan kedua angsa tersebut, lalu terbanglah kedua angsa dwngan membawa kura kura si kecapa, di tengah tengah perjalanan, saat melewati sebuah pedesaan, anak anak desa melihat kejadian tersebut, maka mengejek dan mengata ngatai si kura kura sebagai kotoran sapi lering yang di bawa kedua angsa, maka mendengar ejekan dari anak anak desa tersebut, terselip niat dari kura kura membalas ejekan dari anak anak desa itu. Akan tetapi, seketika ia membuka mulutnya, gigitan kayu tersebut lepas dan si kura kura pun jatuh di kerumunan anak anak yang di bawahnya. Kedua angsa Cakrangga dan cakranggi sangat menyesalkan kejadian itu, lalu ke dua angsa tersebut melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung himawan di sebuah danau yang bernama manasasana.

Adalah relief Brahmana dengan seekor kepiting, berada pada pipi tangga sebelah kanan Utara

Brahmana Dan Seekor Kepiting

Dia adalah seorang Brahmana yang menyayangi segala jenis hewan, suatu ketika ia mwnjumpai seekor kepiting yang kepanasan di bawah teriknya matahari. Sang brahmana merasa kasihan, dan di bawalah kepiting tersebut dan di lepaskan di tepian sungai. Dalam perjalanan Sang brahmana merasa kelelahan dan mengantuk, ia memilih tempat peristirahatan di tepi sungai di bawah pohon besar yang rindang. Di tempat tersebut tinggalah seekor ular dan gagak hitam, ketika kedua hewan tersebut melihat sang brahmana, mereka mempunyai itikat niat untuk memangsanya. Kepiting yang tidak jauh dari tempat terssebut mendengar percakapan ke dua binatang tersebut, percakapan antara ular dan gagak hitam untuk memangsa sang brahmana. Dalam hati kepiting berkata, apaun yang terjadi ia beritikat akan menolong brahmana dari ancaman kedua binatang tersebut. Si kepiting mendekati kedua binatang tersebut sembari berkata " Wahai kedua sahabatku, Akan ku panjangkan leher kalian, supaya lebih nikmat kalau kalian ingin memangsa brahmana itu. Kedua binatang tersebut menyetujui pendapat si kepiting, dan menyuruh kepiting untuk segera melaksanakan niat baiknya tersebut, serentak jawaban si ular dan si gagak hitam tersebut. Binatang kedua tersebut menyerahkan lehernya kepada si kepiting, untuk di perpanjang dengan harapan, supaya nikmat menyantap daging brahmana. Keduanya bersamaan menyerahkan lehernya untuk di capit oleh kepiting, lalu Putuslah kedua leher antara si ular dan si gagak hitam dan akirnya kedua binatang tersebut mati dengan kebodohanya.

Dharmmabuddhi dan Dustabuddhi

Cerita Relief inienggambarkan dua orang sahabat, anak para saudagar.
Suatu hari Dharmmabuddi menemykan sejumlah Uang dan bercerita kepada kawannya dustabuddhi. Lalu mereka berdua bersepakat menyembunyikan uang tersebut di bawah pohon. Setiap kali mereka mwmerlukan uang, dharmmabuddhi mengambil aebagihan dan membagi kepada dustabhuddi secara adil. Akan tetapi dustabuddhi tidak puas, dan suaru hari mengambil semua uang yang tersisa. Laku ia menuduh Dharmmabuddhi dan menyeretnya ke pengadilan, akan tetapi dustabuddhilah yang di ketahui pelakunya, dan diapun di hukum

Musang Dan ular

Pada relief ini, terlihat aeekor ular yang keluar dari sarangnya, binatang yang lain adalah musang.
Relief ini menceritakan sepasang Burung, yang anak anaknya selalu di mangsa oleh ular, akan tetapi sepasang burung tersebut tidak mampu melawan si ular, untuk membalas kematian anak anak mereka, Kedua burung itu sengaja memasang ikan di depan sarang ular sebagai umpan datangnya musang. Mereka tau, bahwa musang adalah musuh berbahaya bagi si ular. Akhirnya musang berhasil membunu si ular, dan sepasang burung dapat hidup tentram si pohon tempat tinggal mereka.

Relief pipi tangga sebelah selatan

Dua Biring Betet Yang Berbeda

Relief di atas menceritakan dua burung betet yang bersaudara, namun berbeda kelakuannya, karena yang satu di didik oleh seorang pentamun dan yang satu di didik oleh seorang Brahmana atau pendeta.

Kisah Kera Dan Burung Manyar

     

( Kutidusaka Jataka )

Sang kera kehujanan di bawah pohon, dalam keadaan yang menyedihkan itu, ia di ejek oleh seekor burung Manyar yang berlindung di dalam sarangnya yang serba rapi, kata buring Manyar " Kenapa pada musim kemarau, engkau tidak membuat rumah seperti aku ... !!! ", ejekan burung tersebut, membuat sang kera menjadi marah. Akhirnya, sarang birung manyar pum di hancurkan oleh sang kera. Pada akhirnya, Burung manyar yang sok pintar dan sombong itu, Ikut merasakan kehujanan. 
( Kisah ini mengajarkan kepada kita, kadangbperkataan yang tanpa kita sadari bisa menyinggung perasaan orang lain, dan pastinya akan membuat diri kita celaka ).

Relief Seekor Serigala Dan Banteng

Seekor serigala mengikuti seekor banteng, karena mengira buah dzakar si banteng ini merupakan buah sungguhan, dan serigala menunggu sampai matanh lalu jatuh dan bisa di makan.
( Relief Ini juga Pernah Saya lihat di candi sojiwan bagian kaki Candi ).

Kisah Burung Nerkepala dua

Kisah Relief Burung Bharunda

Seekor burung berkepala dua nernama Bharunda, hidup di atas pohon beringin di tepian sungai, kepala yang atas selaku memakan makanan yang enak enak saja, sedangkam kepala yang di bawah selalu mendapatkan dari sisa sisa makanan dari kepala yang di atas. Karena merasa di perlakukan tidak adil oleh kepala yang di atas, maka kepala yang di bawah sengaja memkan makanan buah beracun, dengan demikian matilah burung bharunda tersebut.

Relieg Buaya Dan kera

Relief ini juga terdapat dan pernah saya lihat di Candi Sojiwan.

Pada Suatu saat, bhodissatwa menjelma menjadi seekor kera dan tinggal di kaki gunung himalaya di tepi sungai gangga. Do aliran sungai gangga ini, hidup sepasang buaya. Buaya betina ingin sekali memakan hati sang kera, karena itu si buaya betina memohon kepada buaya jantan untuk membunuh sang kera dan mengambil hatinya.

Buaya jantan pun mengabulkan permintaan dari buaya betina. Buaya jantan mengajak sang kera menyeberangi sungai gangga di tepian seberang katanya : Di seberang sungai terdapat pohon lengkap dengan buah buahan yang lezat dan segar. Sang kera naik ke punggung buaya dan mengikuti ke mana arah pergihnya buaya jantan tersebut, hingga sampai berenang di tengah tengah sungai. Akan tetapi di tengah tengah sungai, buaya sengaja menjatuhkan kera ke dalam air sungai, lalu berkata : Kera sahabatku, aku sengaja membunuh engkau, katena aku menginginkan hatimu, untuk aku berikan kepada istrilu sebagai obat, Sang kera yang cerdik dengan vepat menjawab, bahwa hatinya tertinggal di atas pohon di tepi sungai.

Dan buaya jantan percaya saja dengan perkataan sang kera, bahkan sang buaya mengatakan janji tidak akan membunuh kera jika sang kera menunjukan di mana hatinya di tinggalkan. Sang kera pun di antar kembali menuju ke tepian sungai di mana banyak sekali pepohonan pepohonan di sana. Sesampainya di tepi sungai kera segera melompat dari punggung buaya jantan, lari ke atas pohom dan menyelamatkan diri.

Relief Menggambarkan Dua ekor tikus Masing Masing berdiri di punggung dan kepala Gajah.

Alkisah : Pemukiman para tikus sering sekali di lewati rombongan gajah yang akan pergi ke danau mencari air untuk minum. Saat Gajah lewat di pemukiman tersebit, banyak tikus yang mati karena terinjak injak kaki dari rombongan gajah tersebut. Oleh karena itu, Raja tikus memohon kepada Raja gajah untuk tidak melewati pemukiman tikus saat pergi ke danau mencari air. Raja Gajah pun mengabulkan permintaan Raja tikus, Dan mengubah lintasan supaya tidak lewat di pemukiman para tikus tersebut, sehingga tidak menyebabkan banyak kematian tikus karena terinjak rombongan gajah tersebut. Suatu ketika gajah terperangkap oleh jebakan pemburu gajah yang di buat manusia, tubuh sang gajah terikat kuat oleh jebakan tali perangkap, Raja tikis mengetahui akan hal tersebut, sehingga Raja tikis mengutus Rakyatnya, yaitu para tikus untuk membantu melepaskan ikatan yang melilit dintubuh para gajah dwngan cara menggigit tali perangkap hingga putus, dan pada akhirnya para gajah terbebas dari jeratan tali perangkap para pemburi gajah.

Kisah Burung merak Yang sombong
( Nacca Jataka )
Burung Merak Yang Sombong

Relief yang terdapat pada badan Candi atau tembok bagian luar candi Bercerita tentang Raja Mallard yang bermaksud mencarikan pendamping atau suami untuk puterinya.

Burung Merak yang merasa terpilih menjadi menantu Raja mallard, Dwngan sombong mengembangkan dan mengibar ngibaskan sayap dan ekornya.  Dengan angkuhnya menari dan memamerkan keindahan pada sayap dan ekornya. Raja Mallard yang menyaksikan kejadian tersebut akhirnya memutuskan tidak jadi mengangkat Birung merak sebagai menantunya.

Relief Burung Bangau Dan kepiting

Ketika Musim kering Tiba, sungai dan danau menjadi kering tanpa air, air semakin surit dan berkurang, sehingga membuat penghininya mati kekurangan air. Sang bangau berpura pura baik hati, ia bersedia memindahkan ikan ikan dari danau yangbkering yersebut ke danau yang lain yang memiliki limpahan air yang cukup banyak. Satu persatu para ikan di bawanya, melainkan tidak menuju ke danau yag di maksud, akan tetapi di tengah tengah perjalanan sang bangau memakan ikan ikan yang di pindahkan dari tempat asalnya. Giliran sang kepiting ingin di pindahkan juga dari danau yang kering menuju ke danau yang banyak airnya, seperti awal perkataan kepada para ikan. Ketika di tengah tengah perjalanan, sang kepiting melihat banyak tulang tulang ikan berserakan, seperti habis di makan oleh burung bangau yang membawanya. Ketika mengetahui niat jahat dari sang bangau, maka kepitingpun mencapit leher sang bangau hingga putus lehernya dan akhirnya burung bangau tersebut mati.

Kisah Harimau Kera dan Kambing.

Relief Harimau Kera dan Kambing.

Di gambarkan seekor harimau sedang menyeret seekor kera, pada seutas tali yang di ikatkan pada badan kera di hubungkan dengan badan harimau, dan di belakang terlihat seekor kambing.

Harimau takut kepada kambing, maka ia mengikatkan dirinya kepada seekor kera yang pemberani. Keduanya lalu mendekati sang kambing, tetapi sang kambing tetap saja masih punya rasa takut kepada sang kambing. Kata sang kambing : Hari ini kera membawakan aku seekor harimau untuk santapanku. Harimau ketakutan, karena mengira bahwa dirinya benar benar akan di makan oleh kambing. Maka sang harimau berlari sambil menyeret kera.

Relieg kisah Kucing Dan Tikus

Seekor Kucing berpura pura menjadi pendeta, dengan membawa atribut yang di kenakan oleh seorang pendeta sungguhan. Dengan alasan supaya si kucing dapat mendekati tikus dan lebih mudah menangkap untuk di makanya.
Akan tetapi sang tikus tidak mudah di bohongi oleh si kucing.
Seekor tikus Cerdik mengusulkan kepada si kucing untuk membawa kelintinagan supaya di kenakan menjadi kalung, suoaya tampak sekali seperti Pendeta. Dan si kucing pun setuju dengan usul si tikus teraebut. Sejak itu pun, ketika kucing datang maka akan terdengar tanda kelintinya akan berbunyi, dan di saat itulah para tikus pergi menjauh dan menyingkir dari si kucing. Supaya tidak di mangsa dengan kebohonganya.

Rupadhatu bagian luar

Rupadhatu

Rupadhatu bagian luar banyak terdapat relief relief yang menggambarkan sosok dewi dengan posisinya

Relief Dinding Tengah Bagian Utara

Terdapat Relief Dewi Tara atau Cunda. Yang di gambarkan memiliki delapan tangan. Setiap tangan memegang jenis jenis senjata. Empat tangan kanannya memegang Sanka, Wajra, Cakra dan tasbih. Tangan kiri memegang Angkusa ( Tongkat penjinak gajah ), panah dan sesuatu yang belum bisa di kenali. Dewi tara di gambarkan mengenakan praba atau pakaian kebangsawanan. Di kanan dan kiri terdapat relief laki laki yang membawa kebutan. Tangan kanan membawa setangkai bunga teratai. di sisi kanan membawa bunga teratai merah dan di sisi kiri membawa bunga teratai biru. Di atas dewi tara terdapat relief pohon kalpataru.

Relief Tengah Dinding Timur

Relief Boddhisatwa Awalokiteswara, kondisi tangan depan bagian kanan patah, sementara tabgan kanan belakang sedang membawa tasbih. Tangan kiri depan membawa bunga teratai merah dan tangan kiri belakang membawa sebuah kitab atau buku.
Dan di belakangnya tumbuh bunga teratai dua batang dari bawah ke atas di sisi Boddhisatwa. Di kanan dan kiri awalokiteswara terdapat dua dewi dewi yang sedang duduk di atas singgasananya yang di sangga singa dan gajah. Ketiga tokoh dalam relief tersebut berada di bawah pohon kalpataru yang di naungi sebuah payung dan di atas terdapat dewa dewi yang melayang layang dinatas awan.

Relief tengah disnding sebelah timur

Relief Dewi Tara sedabg duduk di atas singgasananya berbentuk bunga Padmasana.  Dan di sangha dua Dewa naga tampak muncul dari dalam kolam Teratai atau padma. Relief dewi tara ini di gambarkan memiliki empat buah tangan. Tangan kiri belakan memegang buku suci rontal dan tangan kanan memegang tasbih. Dan dua tangan di depan berbentuk Dyana Mudra atau sikap meditasi. Di atas dewi tara di hiasi pohon dan hiasan genta atau lonceng. Sementara di atas pohon terdapat relief berupa payung. Di samping kanan kiri dewi tara terdapat sosok sedang duduk bersila di atas singgasana teratai atau padma, sosok yang satu membawa pedang dan sosok yang lainya membawa bunga teratai berwarna biru. Di bidang relief bagian atas ini juga terdapat makhluk dari kahyangan.

Pada badan Candi Buddha di sebutkan dengan Rupadhatu, Melambangkan kehidupan manusia di dunia yang hanya mementingkan hawa nafsunya saja.
Setelah mengupas bagian luar dari kaki candi sampai badan candi bagian luara, yang dinpenuhi dengan relief dan juga hiasan hiasan relief, yang memiliki beberapa pesan moral untuk kita cermati, bagian dalam Bangunan Candi tidak kalah menariknya lagi, di dalam bangunan cabsi mendut, terdapat 3 buah Arca Buddha.
Di antaranya
Yang terletak pada bagian sisi tengah.
Terdapat Arca Dyani Buddha Sakyamuni yang menghadap ke barat, Sama halnya dengan menghadapnya bangunan Candi Mendut.

Arca Dyani Buddha Sakyamuni

Dalam posisi duduk di atas singgasananya, dengan posisi kaki di tekuk menjulur ke bawah dengan landasan padmasana, Jubah yang di kenakan terlihat sederhana jika di bandingkan dengan dua arca di samping kanan dan kiri, yaitu Arca Bodhisatwa Awalokiteswara dan Arca Bodhisatwa Vajrapani.
Posisi tangan dalam sikap Dharmmacakramudra, lambang memutar roda Dharmma. Di bagian bawah tempat duduk Sang Buddha di pahat kuga lambang roda ajaran di tengah tengah kijang dari Mrgadawa di benares.
Tempat sang buddha memberikan ajaranya pertama kali.

Arca Bodhisatwa Awalokitesvara menghadap ke selatan berada di samping kanan Arca buddha.

Arca Bodhisatwa Vadjrapani menghadap ke utar, berada di samping sebelah kiriArca buddha.

Arca Bodhisatwa Awalokitesvara 

Dalam posisi duduk di atas singgasananya, dalam posisi kaki di tekuk ke dalam, kaki yang satu dalam posisi turun dan lurus ke bawah, dan di tempatkan pada bantalan padmasana kecil. Tangan kanan terbuka dalam sikap Waramudra, telapak tangan kanan menghadap ke atas. Dengan menyentuh paha kanan. Lehernya di hiasi dengan mutiara ganda. Dan mengenakan selempang yabgbterdapat pada bahu sebelah kiri. Busana yang lain menggambarkan kelat bahu bermutiara. Gelang serta binggel. Kain penutup paha di ikat dengan ikat pinggang dengan hiasan Ceplok di tengah.

Arca Bodhisatwa Vadjrapani 

Menhadap ke utara dengan posisi duduk di atas singgasanannya. Kaki kanan di lipat dengan telapak kaki menyentuh paha sedangkan kaki kiri menjulur ke bawah dengan bantalan padmasan. Tangan kiri dalam posisi lurus dengan bertumpu pada tempat dusuk singgasanannya. Bodhisatwa Vadjrapani terlihat sedangbmembawa bunga teratai berwarna merah pada tangan kanannya. Sikap tangan Arca Bodhisatwa Vadjrapani di sebutsimhakarnamudra, yaitu semacam witarka mudra dengan jari jari tertutup. Arca ini mwngenakan kirita makuta.


Arupadhatu ( Bagian Atas candi )

Arupadhatu

Di gambarkan seseorang Sudah mencapai tahap Nirwana.

Bagian arupadhatu terdapat ragam hias dengan denah berbentuk bujursangakr dan di hiasi dengan stupa.

Belajar tidak di haruskan kepada satu budang saja.
Untuk mwnambah wawasan dan mengenal jatidiri bangsa kita

Tetap semangat dalam berkarya
Demi Kejayaan Nusantara



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA