YONI GUMUG LENGKONG WONOREJO
"SISA BANGUNAN MASA KERAJAAN KUNO, RERUNTUHAN CANDI"
Sisa sisa reruntuhan bangunan sebuah pemujaan berupa candi.
Merupakan salah satu maha karya yg di ciptakan oleh leluhur pada jaman kerajaan Kuno yg berada di suatu tempat.
Memang sengaja menciptakan sebuah bangunan di tempat tempat yg telah di pilihnya, Sehingga memudahkan untuk mencapai apa yg telah di gapainya.
Seringnya bangunan candi di bangun pada area tanah yg subur, di perbukitan dan dekat dengan mata air.
Kenapa demikian.
Karena leluhur kita mempunyai Filosofi tersendiri tentang kontur tanah yg akan di bangun tempat pemujaan.
Keterkaitan tanah dan mata air memiliki peranan yg penting, dalam kehidupan peradaban di masa kejayaan kerajaan kuno di nusantara.
Salah satu contoh di gumug lengkong, dsn kalilutung
Ds. Wonorejo
Kec. Pringapus
Merupakan sebuah gundukam tanah atauu perbukitan kecil, dengan tanah yg subur dan dekat dengan mata air.
.
Situs Wonorejo
Jelajah daerah, Menyusuri persawahan, hutan, ladang, maupun perbukitan bahkan sampai ke makam makam yg keramat dan di keramatkan, bagi kami hal yang biasa, hanya untuk mengetahui sejauh mana leluhur kita melangkah dan meninggalkan warisannya, untuk kita lestarikan dan kita jaga keberadaanya.
Kali ini kita menapak tilas jejak kerajaan di desa kalilutung, bukit lengkong wonorejo.
Banyaknya sisa sisa bangunan kuno, namun jarang di mengerti orang banyak, sehingga menjadikan keawaman katena tidak mengerti yg akan berimbas kepada kerusakan.
Situs ini berada di atas bukit, yaitu hanya sebuah batu bata kuno yg bersebaran di area ladang yg masih di kelola untuk menghasilkan bahan pangan.
Banon atau batu bata kuno.
Yang menjadi bahan bangunan berdirinya tempat pemujaan berupa candi, mungkin terbesit tanya di dalam benak para pembaca semua.
Jika memang bangunan candi kok tidak menggunakan batu batu yg berpola kotak persegi, dan tidak seperti candi candi pada umumnya.
Situs Wonorejo
Jika memang di tanah tersebut yang di pilih leluhur kita, untuk di jadikan suatu bangunam candi, walaupun tidak ada material batu batuan di sekelilingnya, maka langakah yg akan di ambil akan menggunakan bahan baku tanah, yang di bentuk bentuk sehingga membentuk sebuah pola yang mempunyai pasangan.
Situs Wonorejo
Untuk segi kerusakan, memang iya cenderung lebih besar yg menggunakan material banon.
Situs Wonirejo
Jika di perhatikan, batu bata yg di gunakan sebagai bahan bangunan candi, sekilas nampak biasa dengan batu bata pada umumnya.
Coba perhatikan ukuran meteran pada gambar di atas.
Situs Wonorejo
Banon banon tersebut, memilii ketebalan 9 cm dan lebar sekitar 22 cm, karena banon yang kita jumpai, rata rata sudah pada rusak di sisi sisinya, panjang blm bisa di ketahui ukuranya.
Cerita rakyat
Cerita rakyat yg berkembang di daerah ini, tidak lazim dengan cerita rakyat yg hampir memiliki situs cagar budaya lainya.
Kisah klasic yg menggambarkan pembangunan masjid wurung atau Masjid gagal di bangun oleh mbah wali, karena ada ketentuan waktu yg di jadikan alasan akhirnya sebuah pembangunan.
Yaitu, pembangunan sebuah masjid oleh mbah wali, dalam satu malam, dengan batasan waktu sebelum fadjar sodiq menyingsing, jika melewati batas waktu yg di tentukan, maka gagal niat dari mbah wali untuk membangun sebuah masjid.
Dan di kenal oleh warga sampai sekarang, bangunan Masjid Wurung.
Selesai mengexplore Gumug Lengkong, kita mengadakan atau meneruskan penelusuran ke arah kaki bukit bagian bawah sebelah utara.
Yang konon ceritanya, bahwa setelah urungnya pembangunan masjid, Mbah wali akhirnya menendang Umpak tersebut sampai ke kaki bukit bagian Utara.
Semakin pnasaran akan hal itu, kemungkinan memang ada sisa sisa lain di daerah bawah sana.
Situs Wonorejo
Perjalanan menyusuri lereng Gumug Lengkong, saya bersama Nungki Cipta.
Tetap bersikeras melanjutkan perjalanan, karena rasa penasaran kita timbul dari cerita warganl, tentang Umpak masjid yg di tendang oleh mbah wali, karena gagal dalam misi pembangunan masjid.
Warga bercerita tentang batu berpola tersebut, berntuk kotak, di tengahnya berlubang kotak pula, yg konon ceritanya, lubang kotek tersebut di jadikan tonggak soko guru bangunan masjid, atau umpak soko guru bangunan masjid.
Berada di di atas gundukan tanah dan di bawah dua batang pohon mangga.
Situs Wonorejo
Tujuan awal kita langsung menuju kel lokasi yg di ceritakan warga setempat.
Sesampainya di lokasi tersebut, terdapat Situs Yoni ternyata, Yg di maksud dengan umpak soko Guru bangunan masjid.
Situs Wonorejo
Yoni merupakan identitas keyakinan hindu kuno, karena yoni adalah simbul dari trimurti, yaitu ke tiga dewa dalam keyakinan Hindu.
1. Dewa Brahma sebagai dewa pencipta atau pembangun.
2. Dewa Wisnu sebagai Dewa pemelihara atau perawat
3. Dewa siwa maha Dewa adalah Dewa pemusnah atau yg mengawali.
Trimurti tersebut di atas di simbulkan dengan Lingga dan Yoni.
Di mana lingga sebagai dewa siwa
Yoni Adalah di lambangkan dewa brahma dan dewa wisnu.
Dewa brahma terdapat pada penampang bagian bawah sampai ke tengah tengah tubuh atau badan yoni, karena sebagai dewa pembangun, dan wisnu di lambangkan pada oenampang yoni bagian tubuh yoni bagian tengah ke penampang atas, karena dewa pemelihara.
Yoni memiliki Ukuran pada penampang atas 62 cm.
Situs Wonorejo
Yoni di unakan sebaga sarana pemujaan keyakinan hindu kuno.
Sedangkan yoni itu sendiri merupakan lambang dewi Uma ( Sakti ) Istri Dewa Siwa, dan di simbulkan sebagai alat kelamin wanita.
Ukuran Lubang kotak tengah, yang di fungsikan sebagai pengunci lingga 22 cm.
Situs Wonorejo
Yoni wonorejo berbentuk sederhana, hanya polos tanpa arca naga kobra dan kura kura di bawah ceratnya.
Untuk kedalaman pengunci lingga mencapai 36 cm.
Situs Wonorejo
Yoni berbentul kotak bujur sangkar, seringnya yang saya lihat.
Memiliki pelipit di bagian sisi sisi dan setiap sudutnya.
Penampang atas memiliki lubang berbentuk bujursangkar, yang di fungsikan sebagai pengunci lingga.
Kondisi yoni wonorejo masih kelihatan utuh, pada setiap sisi sisinya masih terlihat bergaris lurus di setiap sudutnya.
Namun sedikit patah oada ujung cerat yoni.
Yoni mempunyai ukuran tinggi 68 cm.
Situs Wonorejo
Setelah selesai mengexplore gumug tersebut, tanpa sengaja menoleh ke arah pohon pisang, dan di bagian bawah pohon pisang, nampaklah batu kotak bujursangkar dari kejauhan, dan tertindih bat di atasnya.
Situs Wonorejo
Seketika kita mengira itu adalah lapik sajen.
Situs Wonorejo
Setelah kita mendekat, ternyata lapik arca.
Situs Wonorejo
Masih pada kondisi awalnya, dan belim kita lihat kondisi benda cagar budaya itu.
Situs Wonorejo
Kondisi lapik arca, pecah pada ujung bagian penampang atas, di sisi sebelah timur sudut selatan.
Situs Wonorejo
Kalau di lihat dari gambar, situs lapik arca ini masih berbentuk sempurna, dengan pelipit yg masih bagus, dan memiliki cerat berornamen kepala kala.
Namun, cerat tersebut, agak retak di bagian tengahnya, kemungkinan karena berkembangnya pohon pisang yg mendesak di bagian cerat tersebut.
(Meh Tak poyong pohon oisange gak berani, karena bukan milik saya)
Untuk semua jenis ukuran dari lapik arca tersebut, hanya mampu mengukur penampang atasnya saja, yaitu ukuran luas penampang atas 46 cm.
Untuk Ukuran yang lainya belum bisa di pastikan, karena sulitnya temoat tersebut, dan sebagian tubuh lapik arca tertimbun tanah.
Situs Wonorejo
Setelah mengexplore kedua situs tersebut, saat kaki merasa pegal, badan merasa lelah, terlihat dari kejauhan, bongkahan batu berpola segi empat.
Dalam hati bertanya, dan rasa penasaran timbul lagi.
Situs Wonorejo
Setelah di datangi atau di dekati, baru kelihatan kalau benda cagar budaya ini adalah lapik sajen.
Memiliki ukuran yg sama dengan lapik arca, yaitu 46 cm untuk penampang atasnya.
Situs Wonorejo
Fungsi lapik sajen biasanya, untuk menaruh uborampe berupa sesaji yg di jadikan syarat sarana pemujaan kepada dewa.
Jika ada arca nandi di area lahan itu, pasti sudah komplit, dan bisa di definisikan sebagai bangunan candi pemujaan.
Tetap Semangat Dalam Berkarya
Demi Kejayaan Nusantara
Komentar
Posting Komentar