YONI DESA GLAGAH KIJON
" JELAJAH SITUS CAGAR BUDAYA DESA GLAGAH "
Perjalanan season ke dua menuju ke desa kijon, untuk mampir ke rumah mbak Ami, setelah memenuhi undangan resepsi pernikahan seorang teman pabrik dan mengexplore Sitsu Cagar budaya desa glagah.
Perjalanan kami lanjutkan menuju desa kijon menempuh jarak sekitar 1,5 km.
Berharap di setiap perjalanan menemukan petunjuk yg dapat di jadikan agenda blusukan berikutnya.
Sepanjang perjalanan, mata saya tidak fokus pada satu padangan, yaitu jalan.
Selalu melihat ke samping kanan dan kiri.
Sesampainya di rumah Mbak Ami, nampak seseorang duduk sendiri di dalam rumah, posisi di ruang tamu, dan berjalan ke luar menghampiri kita, menyambut kedatangan kita, untuk dipersilahkan masuk.
Saya pun berfikiran, semoga saja bapaknya mbak ami bisa di mintai informasi soal situs cagar budaya di Desa ini.
Namun perkiraan saya meleset jauh, apa yg saya jadikan acuan untuk blusukan berubah menjadi petanyaan soal tanaman yang terkena penyakit dan jamur.
Nah ... untungnya saya pernah ikut belajar soal tanama secara praktek langsung.
Perjalanan kami lanjutkan menuju desa kijon menempuh jarak sekitar 1,5 km.
Berharap di setiap perjalanan menemukan petunjuk yg dapat di jadikan agenda blusukan berikutnya.
Sepanjang perjalanan, mata saya tidak fokus pada satu padangan, yaitu jalan.
Selalu melihat ke samping kanan dan kiri.
Sesampainya di rumah Mbak Ami, nampak seseorang duduk sendiri di dalam rumah, posisi di ruang tamu, dan berjalan ke luar menghampiri kita, menyambut kedatangan kita, untuk dipersilahkan masuk.
Saya pun berfikiran, semoga saja bapaknya mbak ami bisa di mintai informasi soal situs cagar budaya di Desa ini.
Namun perkiraan saya meleset jauh, apa yg saya jadikan acuan untuk blusukan berubah menjadi petanyaan soal tanaman yang terkena penyakit dan jamur.
Nah ... untungnya saya pernah ikut belajar soal tanama secara praktek langsung.
Saya kasih resep dan obatnya, sekalian takaran dalam literan air untuk dosis tanaman yg terkena penyakit tersebut.
Bapak Mbak Ami, punya rasa juga untuk mencoba dari pendapat saya soal tanaman.
Dan akhirnya mengucapkan terimakasih ke pada saya.
Giliran saya mau mengajukan pertanyaan soal situs cagar budaya yg berada di sini, teringat kita belum melaksanakan sholat dzuhur, akhirnya pertanyaan itu beralih tentang pencarian mushola terdekat.
Oleh Bapak Mbak Ami, kita di beri arah petunjuk jalan yg menuju ke mishola, yg memberi petunjuk, mushola tersebut berada di sebelah selatan lingkungan rtnya.
Dalam perjalanan ke mushola, di sebelah kiri, tepatnya di depan halaman warga, nampak terlihat sebuah maesan berukuran besar, namun cuma satu saja, entah tidak tau makam siapakah itu.
Selang beberapa perjalanan, setelah perempatan, di sebelah kiri terdapat Watu lumpang, Di halaman rumah warga yg terbuat dari bahan kayu atau papan.
Situs Watu Lumpang Kijon
Watu Lumpang itu berada di depan rumah warga, namun buka asli dari sini, karena watu lumpang tersebut adalah, watu lumpang pindahan dari sebuah kebun dan di pindahkan ke depan rumahbsalah satu warga, dan di jadikan landasan menumbuk hasil tani, jagung, dan kopi.
Watu lumpang tersebut di dapatinya di sebelah ruamah, di mana watu lumpang ini sekarang berada, cuma bergeser radius sekitar 30 meter saja, yang awalnya di sebelah barat rumah, di bawah rimbunan pohon bambu sekarang di pindah penempatan di sebelah timur rumah.
Watu Lumpang Desa Kijon.
Watu Lumpang sekarang erada di bawah pohon Waru.
Dari perjalanan tersebut, pikiran saya pun malah semakin menjadi jadi, untuk berharap sebuah petunjuk lagi selain watu lumpang.
Di depan mushola An Nur, yg menjadi tujuan kami melaksanakan sholat dzuhur.
Mushola An Nur Kijon
Pada saat mencari tempat Wudhu, Salah Satu dari kita ada yg melihat sebongkah Batu Berukuran Bujur sangkar.
Setelah saya lihat ternyata sebuah yoni yg berada di Bawah rimbunan pohon Pisang.
Yoni Di desa Kijon.
Penelusuran kita hentikan sementara, karena mengingat, belum melaksanakan ibadah sholat dzuhur.
Dan akan kita lanjutkan setelah sholat dzuhur.
Selang 20 menit, kita melakukan atau melaksanakan sholat dzuhur, akhirnya kita mengadakan penelusuran yg berikutnya.
Melihat kondisi yoni sangat tidak bagus kalau di lihat dari segi penempatanya.
Yoni Desa Kijon
Kondisi yoni nampak dari kejauhan, radius 15 meter.
Yoni Desa Kijon
Kondisi yoni setelah di kihat dari jarak dekat.
Kondisi Yoni rusak pada bagian penampang sudut bagian atas,
Di atas penampang yoni tepatnya, di dalam lubang pengunci, terdapat pecahan gelas dan tumpukan genting bekas, pakaian bekas, dan selembar terpal dari bahan plastik karung yg mendukung dan menjadikan pandangan kurang enak di lihat.
Yoni Desa Kijon
Yoni mempunyai pasangan yang di sebut dengan lingga, dan keduanya seharusnya berada di dalam sebuah bangunan Candi Induk.
Lingga yoni merupakan perwujudan trimurti, perwujudan ke tiga deqa dalam keyakinan hindu kuno.
1. Dewa Siwa Sebagai dewa pelebur atau dewa yg mengawali
2. Dewa Wisnu, adalah dewa yg merawat
3. Dewa brahma adalah dewa pencipta atau pembangun.
\\ Lingga
Lingga merupakan perwujudan Dewa Siwa, yang di simbulkan sebagai alat kelamin laki laki.
Dewa Siwa adalah dewa pelebur dan yg mengawali
\\ Yoni memiliki bentuk kotak bujur sangkar, pada penampang atas yoni, terdapat lubang kotak di tengah berbentuk bujur sangakar, yang di fungsikan sebagai pengunci lingga.
Yoni merupakan perwujudan sosok ke dua dewa dalam keyakinan hindu kuno.
1. Dewa Brahma terdapat pada perwujudan yoni di bagian penampang bgian bawah, sebagi dewa pembangun.
2. Dewa Wisnu terdapat pada perwujudan yoni di bagian penampang atas, sebagai dewa pemelihara.
Dalm mitologi hindu kuno, yoni di lambangkan sebagai Dewi Uma ( Sakti ) istri dewa siwa dan di simbulkan sebagai alat kelamin perempuan.
Terdapat beberapa umpak berjumlah empat buah.
Situs Desa Kijon
Umpak dengan bentuk pola yang sama, bwrada di bawah yoni, di fungsikan sebagai penyangga yoni supaya tidak terguling ke bawah.
Sitsu Desa Kijon
Umoak di atas berjarak 5 meter dari keberadaan yoni, tepatnya berada di sebelah selatan.
Situs Desa Kijon
Umpak dengan bentuk pola yang Sama, berada di sebelah yoni, di antara rimbunan pohon pisang.
Situs Desa Kijon
Umpak dengan pola dan bentuk yang sama berada di samping yoni persis, tepatnya di sebelah barat yoni.
Masih kurang puas dalam penelusuran situs cagar budaya.
Berjarak sekitar 7 meter, terlihat sebuah bongkahan batu, hampir mirip dengan bulat tekur setengah.
Setelah kita datangi, ternyata wujud watu lumpang yg terbalik.
Situs Desa kijon
Keberadaan watu lumpang tidak jauh dari yoni, sama sama di rimbunan pohon pisang.
Keseluruhan situs tersebut berada di bawah rimbunan pohon pisang
Situs Desa Kijon
Mungkin dulu di Area Desa kijon ini ada kaitanya dengan situs yg berada di desa glagah adalah sebuah pemukiman penduduk, dan area pertanian yg luas dan subur, dengan air yg sangat cukup untuk megolah lahan pertanian.
Dan sarana watu lumpang sebagai bukti, bahwa di sini pernah ada suatu kehidupan yang di bilang cukup ramai.
Watu lumpang kadang juga di gunakan sebagai sarana untuk memudahkan suatu pekerjaan, menumbuk hasil tani dalam skala kecil atau di gunakan sebagai menumbuk ramuan obat obatan.
Ada juga beberapa pendapat yg mengatakan, bahwa fungsi dari watu lumpang di pergunakan sebagai sarana pemujaan dewi Sri atau Dewi Padi atau Dewi Kesuburan.
Hanya pendapat saja, Karena referensi atau sebuah prasasti yg menerangkan sebagai berikut saya blm pernah melihat, mendengar cerita isinya.
Watu lumpang kadang di gunakan sebagai penanda sebuah perkampungan atau suatu tempat, dimana timbulnya awal suatu peradaban, yang benar benar di pilih sebagai tempat tinggal untuk menetap dalam mengembangkan kehidupan.
Tanah krajan contohnya, sering kita jumpai, sebutan krajan biasanya terdapat suatu hal yg ada kaitanya dengan situs cagar budaya, seringnya watu lumpang.
Tetap Semangat Dalam Berkarya
Deni Kejayaan Nusantara.
Komentar
Posting Komentar