MAKAM SUNAN TEMBAYAT

MAKAM SUNAN TEMBAYAT
( Ki Ageng Pandan Aran )

Makam Sunan Tembayat Berada di puncak Gunung Jabbal Kat, tepatnya di desa Paseban
Kec. Tembayat
Kab. Klaten

Makam sunan tembayat di bangun sekitar tahun 1526 Masehi, Dan di renofasi pada tahun 2006 setelah terjadi gempa djogja.
Arsitek bangunan sunan tembayat mempunya penyangga atap 4 ( empat ) buah soko guru, dan masih memiliki nilai histori arsitek Bangunan Majapahitan.

Sunan Tembayat atau Pangeran Mangku Bumi atau Ki Ageng Pandan Aran / Ki Ageng PadangAran susuhan dari Ki Geng Pandan Aran I merupakan bupati semarang Pertama.

Saat Rapat Walisongo berlangsung, yang di adakan di Dalam Masjid Agung Demak, Membahas Kemajuan Islam dan kendala Apa sat melakukan Syiar di daerah Demak dan sekitarnya.
Yg di Hadiri oleh Para Wali Songo, Di antaranya :
1. Sunan Bonang
2. Sunan Ampel
3. Sunan Gresik
4. Sunan Giri
5. Sunan Derajad
6. Sunan Muria
7. Sunan Kalijaga
8. Sunan Kudus
9. Sunan Gunung Djati
Dan Sultan Fattah Atau R. Fattah.

Seketika Sunan Bonang membuka Cerita tentang Adipati Semarang yg bernama Ki Ageng Pandan Aran / Ki Ageng Padang Arang.
Yg terkenal sifatnya Yg kikir, Sombong, Dengki dan tidak mau bersodaqoh atau sedekah, selalu membanggakan harta kekayaanya yg melimpah.
Dalam Sidang Tersebut Mencari jalan Keluar bagai mana caranya, Supaya Ki Ageng Pandan Aran berubah menjadi sosok Pemimpin yg melindungi, Mengayomi rakyat dan Mau menuju ke jalan yg di ajarkan dalam Syariat Islam.

Para Wali pun merundingkan Hal Tersebut, Pada akhirnya Kanjeng Sunan Kalijogo yg di tunjuk untuk melaksanakan Amanat Dari Sidang Wali tersebut, yaitu menyadarkan Bupati Semarang Ki Ageng Pandan Aran.
Pada Keputusan yg di ambil, Sunan Kalijogo pun mau menjalankan Amanah dari Teman Para Wali.

Makam Sunan Tembayat

Makam Sunan Tembayat

Siang Itu, Ki Ageng Pandan Aran Beserta Istrinya, Sedang menghitung uang di depan rumah, aula pendoponya.
Datang Kakek Tua dengan Pakaian lusuh, menggunakan Caping yg sudah rusak, pakaian yg di kenakannya pun sudah lusuh dan usang, hampir menyerupai pengemis di pasar.
Dengan Membawa Dua ikat rumput segar, membawanya dengan cara di pikul depan belakang.
Rumput itu memang sengaja di jual kepada Ki Ageng Pandan Aran untuk pakan ternak kudanya.

  • " Ilustrasi dialog atau Narasinya : "

Sunan Kalijogo : Assalamu'alaikum ...
Gusti
Ki Ageng P : Wa'alaikumsalam
Ada apa.
Sunan Kalijogo : Ampun Gusti, saya mau menjual rumput saya Gusti, Untuk Pakan ternak kuda Gusti.

Ki Ageng Pandan Aran, beranjak meninggalkan bangku dan mendekat ke tukang rumput, dan melihat rumput rumputnya, Seraya mengucap :

Ki Ageng p : Rumputmu kurus, dan banyak yg kering, Mau di jual berapa ruput seperti ini ... ???
Sunan Kalijaga : Ampun Gusti, Bayarlah sepantasnya dengan jerih payah keringat hamba.

Sambil merogoh Kandi ( Bungkus uang Dari Kain ) Ki Ageng Pandan Aran Menjatuhkan uang berjumlah satu kepang tersebut di tanah, di depan Sunan Kalijogo dalam keadaan duduk bersimpuh.

Ki Ageng P : Ini uang yg pantas untuk harga rumputmu

Uang tersebut di ambil oleh Sunan Kalijogo, dan di lihatnya di atas telapak tanganya.

Sunan Kalijogo : Al khamdulillah ...
Mungkin rizqi pemberian dari Gusti ALLOH TA'ALA hari ini memang lebih dari Cukup Untuk saya.
Terimakasih Gusti Adipati.

Tanpa Berpikir panjang, Sunan Kalijogo berpamitan Pulang Meninggalkan Kadipaten.

Sunan Kalijogo : Saya mohon diri Gusti.
Assalamu'alaikum

Ki Ageng P : Hem ... !!!

Makam Sunan Tembayat

Esok Hari kemudian, Tukang rumput itu datang lagi ke kadipaten, di mana tempat Ki Ageng Pandan Aran Tinggal, Dengan membawa Sepikul rumput yg di carinya.

Sunan Kalijogo : Assalamu'alaikum

Tanpa menjawab, Ki Ageng Pandan Aran mengucapkan kata kata dan menjatuhkan uang satu kepeng ke telapak tangan Sunan Kalijogo.

Ki Ageng P : Besok Kamu carikan rumput lagi yg segar segar ya ... !!! Ternyata Kudaku sangat lahap memakan rumput dari hasil yang kau cari.

Sunan Kalijogo : Al khamdulillah ...
Terimakasih Gusti Adipati, Munkin Rizqi Dari GUSTI ALLOH TA'ALA memang sama nilainya dwngan yg kemarin, buat saya, Rizqi ini lebih dari cukup.
Ki Ageng P : Tidak Usah berbasa basi, Pokoknya besok kamu datang lagi kesini, dengan membawa rumput rumput segar untuk pakan kudaku.

Sunan Kalijogo : Ampun Gusti, Tapi hamba sudah lelah, letih, karena perjalanan Mencari rumput ini sangat jauh, bisa menempuh perjalanan seharian penuh.
Karena Saya mencarinya di sana, " Di Gunung Jabbal Kat "
Sambil mengacungkan ibu jari menunjuk ke arah selatan.

Ki Ageng P : Aku tidak Peduli, Pokoknya pagi pagi benar, kau sudah membawa rumput lagi ke kadipaten ini.

Sunan Kalijogo : Faa InsyaALLOH gusti, Hamba akan Berusaha mengambi rumput sekuat tenaga hamba.

Kesesokan harinya, Sunan Kalijaga datang membawa rumput rumput segar lagi.

Sunan Kalijaga : Assalamu'alaikum

Tanpa menjawab salam dari Sunan kalijaga, Gusti Adipati Pandan Aran Memerintah Sunan Kalijaga Untuk esok hari membawa rumput segar lagi.

Ki Ageng P : Besok pagi kamu bawakan rumput segar lagi, sebagai mana kudaku lahap memakan rumput rumput yg kau cari.

Dalam percakapan Sunan Kalijaga menjawab, bahwa badannya sudah tua, sudah ridak sanggup lagi berjalan jauh, apalagi pulang memikul rumput di pundaknya.

Sunan Kalijag : Saya Sudah tidak sanggup, jika harus berjalan jauh lagi Gusti, Badan hamba sudah tua, sudah tidak mampu memikul rumput yg saya bawa dari Gunung Jabbal Kat.

Ki Ageng P : Sombong sekali kau rupanya, kamu bekerja untuk mencari rizqi, aku perintahkan kau untuk mencari rumput lagi, kau malah menolak perintahku, sedangkan rumputmu aku bayar dengan apa yg kau hasilkan.

Sunan Kalijogo : Ampun Gusti, Hamba tidak Sanggup, sudah tidak kuat Gusti, Biarkan GUSTI ALLOH TA'ALA yg menentukan Rizqi saya esok hari.

Ki Ageng Pandan Aran geram dengan keputusan Yg di ucapkan Sunan Kalijaga, sembari membentak dan mengusirnya.

Ki Ageng P : Pergi kau dari Kadipaten ini orang tua.
Sunan Kalijaga : Maafkan Hamba Gusti, Apabila di perkenankan, hamba ingin meminjam cangkulnya Gusti.

Tanpa mendapat jawaban, boleh atau tidaknya, Kanjeng Sunan Kalijogo berdiri dari duduknya yg bersimpuh, dan berjalan mendekati cangkul yg di maksud.
Dari Pojokan Kadipaten, Sunan Kalijaga mengayunkan cangkul berkali kali, ke arah tanah yg di hadapanya, sehingga membentuk lubangan kecil, Seketika ayunan cangkul mengenai Batu.
Dan batu tersebut berubah menjadi Bongkahan Emas Murni.

Seketika Ki Ageng Pandan Aran Kaget dan kagum Melihatnya, dengan kejadian aneh yg di lakukan oleh Sunan Kalijogo, dan memanggil Istrinya Dengan suara lantang dan keras.

Ki Ageng P : Nyai ...
Nyai ...
Nyai ...

Bergegas Istrinya keluar dari dalam kadipaten, dan mengucap ... !!!

Nyai Ageng P : Ada apa Kang Mas Adipati ... ???
Ki Ageng P : Lihatlah ... lihatlah Nyai ...

Sambil mengacungkan Jari Telunjuknya Ki Ageng Pandan Aran memperlihatkan kejadian aneh ke pada istrinya, ke bekas galian tanah yg di lubangi dengan cangkul.oleh Sunan Kalijogo.

Sunan Kalijogo : Apabila hamba mengharapkan rizqi lebih, hamba dengan Mudah melakukanya Gusti Adipati.

Berlalu pergi sunan kalijogo meninggalkan kadipaten.

Ki Ageng Pandan Aran terdiam sejenak dan Mulai penasaran, dan berfikir, siapa sebenarnya beliau.

Sesampainya perjalanan sunan Kalijogo di depan Gerbang Kadipaten, terdengar suara keras memanggil tanpa sebutan nama beliau.

Sambil berlari Ki Ageng Pandan Aran Beserta istrinya memanggil manggil dengan sebutan ki Sanak.

Ki Ageng P : Kisanak ...
Kisanak ...
Aku mohon, Berentilah Kisanak ...
Kisanak ... aku mohon berhentilah kisanak.

Sunan Kalijogo Pun tetap melanjutkan perjalanannya.
Dan Dari arah berlawanan berseberangan dengan jalan, terdengar suara memanggil manggil nama beliau.

Kangmas ...
Kangmas Jogo Kali ...
Kangmas ...
Kangmas Jogokali ...

Akhirnya Sunan Kalijogo berhenti sejenak, karena ada yg memanggil namanya berkali kali
Terdengar dari kejauhan ucapan Salam Ta'dzim.

Assalamu'alaikumwarokhmatullohi wabarokatuh.

Sunan Kalijogo Membalasnya : Wa'alaikumsalamwarokhmatullohi wabarokatuh.

Tampak dari kejauhan dan berjalan mendekat, Terlihat oleh sunan kalijogo, ternyata yg mengucapkan salam adalah Sunan Gunung Jati.

Setelah berlari lari dengan Istrinya, untuk menyusul Sunan Kalijogo, penegejaran yg di lakukan Ki Ageng Pandan Aran beserta istrinya pun Berhasil, dan Berhenti di depan Hadapan Sunan Kalijogo Beserta seseorang yg belum beliau lihat atau belum di Kenalnya.
Ki Ageng pandan Aran pun Heran Melihat Orang tersebut, berjubah dan bersorban.
Lantas Ki Ageng Pandan Aran Bertanya kepada Seorang yg berjubah itu,  Sunan Gunung Djati Yg di maksud, sebenarnya siapa penjual rumput tersebut.

Ki Ageng p : Maaf Kisanak, Jika boleh Tau, Siapa sebenarnya orang tua penjual rumput ini.

Dengan senyum kecil, lalu di jawab pertanyaan tersebut oleh Sunan Gunung Djati.

Sunan Gunung Djati : Beliau adalah Wong Agung Mina, Raden Syahid atau Kanjeng Sunan Kalijogo.

Mendengar sebutan nama Wong Agung Mina atau Sunan Kalijogo, Seketika Ki Ageng Pandan Aran beserta istrinya, bersimpuh di hadapan ke dua Waliulloh tersebut, Dan berdoa kepada ALLOH SWT, sembari mengucap ... !!!

Ki Ageng P : Yaa ALLOH, ROBB ku, yg maha pengasih dan penyayang, Maafkanlah hambamu ini, yg sudah di butakan oleh harta benda dan gemerlapnya dunia, Ampuni dosa dosa hambamu YAA ROBB.

Dalam keadaan menangis dan meratapi dosa akibat kesalahan yg di lakukan oleh Ki Ageng Pandan Aran, Sunan Kalijogo pun, memegang kedua lengan Ki Ageng Pandan Aran dan menyuruhnya untuk berdiri.

Dari mulut Ki Ageng pandan Aran, terucap beberapa patah kata.

Ki Ageng P : Kanjeng Sunan, sudikah Kiranya engkau membimbing hamba ke jalan yg di ridho ALLIH TA'ALA, untuk menerima saya menjadi murid.
Adakah persyaratan Yg hamba musti lakukan.

Sunan Kalijogo Dan Sunan Gunung Djati pun, terenyum dan mengucap khamdalah.

Sunan Kalijogo : benar kamu ingin memenuhi syarat syarat yg akan saya ajukan ... ???
Ki Ageng P : Dengan Mengharap RidhoNya, Apapun akan saya lakukan kanjeng sunan.
Sunan Kalijogo : syarat yg pertama, Bunyikanlah Bedug di Semarang.
Syarat yg kedua, Sedekahkan Sebagian Hartamu kepada mereka yg berhak, fakir miskin dan yatim piatu.
Syarat Yg ke tiga, Jika niatmu belajar memperadalam ilmu Agama, Susul aku di Puncak Gunung Jabbal kat, Tanpa membawa harta benda sepeserpu, Sanggupkah.
Ki Ageng p : Niat hamba tulus Kanjeng sunan, InsyaALLOH hamba akan penuhi syarat syarat dari kanjeng sunan.

" PERTEMUAN KI AGENG PANDAN ARAN ATAU SUNAN TEMBAYAT DENGAN KI SAMBANG DALAN ATAU SYECH DOMBA "
Nanti di bagian lainya ... !!!

Makam Sunan Tembayat

Makam sunan tembayat di bangun sekitar tahun 1526 Masehi, Dan di renofasi pada tahun 2006 setelah terjadi gempa djogja.
Arsitek bangunan sunan tembayat mempunya penyangga atap 4 ( empat ) buah soko guru, dan masih memiliki nilai histori arsitek Bangunan Majapahitan.



Gapura I Segara Pamuncar

Gapura Segara Pamuncar, arsitek gapura atau bangunan gapura ini hampir mirip dengan gapura candi bentar di jawatimuran, Mirip gapura pura di bali.

Tidak di ubah sedikitpun unsur historinya.
Masih dengan yg aslinya, bahkan di gapura pamuncar tercantum huruf jawa, kemungkinan menyatakan tahun pembuatan atau mungkin sebuah pesan Moral.

Tulisan Huruf Jawa

Tulisan hirif jawa inibterdapat pada bangunan gapura l segara pamuncar.
Kondisi tulisan ini audah mulai agak aus.

Gapura Dudha Ke II

Gapura ke II ini di beri nama gapura dudha, berjarak sekitar 75 meter ke dalam setelah gapura Segara pamuncar pertama

Tangga Naik Ke Komplek Makam

Setelah dari gapura ke II, akan mendapati tantangan baru yaitu, menaiki anak tangga yg jumlahnya ratusan anak tangga, bayangkan saja, sepeti naik gunung.
Akan tetapi semangat untuk mengetahui maqom leluhur terus menggebu.
Setelah menaiki ratusan anak tangga, di area halaman komplek makam akan berjumpa dengan langgar kuno.

Langgar kuno

Konon katanya, bangunan ini yg pertama di dirikan sebelum pembangunan masjid Golo Tiban yg berada di kaki bukit Jabbal kat sekarang ini.
Langgar atau mushola ini, arsitek langgar ini, hampir menyerupai majid Agung Demak, berbentuk joglo limas, dengan Mustoko atau molo masjid tepat berada di atas titik sumbu tengah bangunan.
Terdapat dua buah bedug, namun beda usia, lebih tua bedug yg berwarna hijau, konon bedug tersebut buatan Sunan Tembayat beserta Murid muridnya.

Gapura Pangraton Ke III

Gapura tersebut berdiri kokoh di sebelah langgar, tepatnya di sebelah barat laut bangunan langgar.

Gapura Pangraton ke III

Gapura inilah, yang konon di lewati Ki sambang dalan atau Syech Domba saat mengambil air menggunakan keranjang, untuk mengisi gentong padasan tempat wudhu Sunan Tembayat, saat memenuhi syarat penggemblengan untuk menjadi muridnya Sunan Tembayat

Gapura Panhraton Ke III

Di antara gapura yg lain, Gapura Pangraton ini lebih besar dan lebih menarik, karena masih asli belum ada pengrehapan atau tambahan material, untuk menggati yg rusak atau hilang.
Bangunan Gapura yg masih memiliki ciri khas bangunan Candi, Yaitu tempat pemujaan hindu kuno, bahkan ukiran atau relief masih sama dengan penghias bangunan candi

Gapura pangroton III

Relief atau ukiran yg terdapat pada bagian gapuro tersebut, terlihat Ukiran kaki naga yg siap mencengkeram mangsanya, tapi ukiran tersebut sudah rusak karena patah, hanya terlihat ukiran Kaki Naga saja

Gapuro Pangraton ke III

selain relief atau ukiran kaki naga, dapat di jumpai lagi relief berukir hewan ternah, semacam hewan sapi.

Gapuro IV Panemut

Gapura panemut tersebut adalah gapura nomor IV, berada di dalam komplek makam para tokoh tokoh penting jaman dahulu.
Sangat indah bukan, seperti gapura pura yg ada di bali

Gapura Ke IV pangemut

Gapura pangemut IV berada tidak jauh dari pintu makam yg menuju ke komplek Makm, berjarak sekitar 75 meter dari gapura pangraton.

Gapura Pangemut ke IV

Terdapat ukiran seperti makara pada bangunan Gapura di antara pipi tangga masuk, seperti hiasan pipi tangga candi.
Bedanya,  kalau makara yg ini bergambar flora atau tumbuhan berbentuk sulur sulur.
Seakan akan dari bentuk menyerupai antefiks seperti penghias selasar tepi bangunan candi
Fungsinya hanya sebagai penghias saja.

Gapura Pamuncar ke V

Bangunan Pamuncar ke V terlihat dari depan, masih aggun dengan bangunan pagar bumi yg mengelilingi makam.

Gapura Pamuncar Ke V

Bangunan Gapura Pamuncar V audah menggunakan banon ( Batu Bata Merah Kuno ), material ini lumayan cukup besar, tebal dan lebar, tidak sama dengan material gapura lainya yg masih menggunakan batu putih.

Tugu Mustoko

Mungkin Tugu ini adalah salah stu penanda atau semacam monumen untuk mengenang atau menghormati tokoh tokoh penting kala itu.
Di ujung paling atas pada bangunan tugu terdapat seperti mahkota, namun sebenarnya itu adalah perangkat dari mustoko sebiah bangunan masjid.
Dan di ujung paling bawah, masih terdapat ukiran kala.
Yaitu relief pada bangunan sebuah candi, yang berada di atas ambang pintu masuk ke ruangan candi, aplikasi bangunan Moslem in mataram

Gapura Bale Kencur ke VI

Bangunan Gapura Bale Kencur, sudah menggunakan arsitek seperti bangunan mataram islam, seperti mirip benteng taman sari Djogja.

Gapura Praba Yeksa Ke VII

Sama Halnya bangunan Praba Yeksa yg menjadi bagian dari gapura ke VII, bangunan gapura tersebut sama dengan gapura bale kencur nomor VI, Arsitek bangunan seperti benteng atau pagar bumi yg mengelilingi bangunan keraton solo dan Djogja, bangunan gapura yg terakhir yg paling dekat dengan makam Sunan tembayat.

Setelah melewati gapura praba yeksa, akan menemui palenggahan pakuncen, yg nantinya akan mengarahkan atau memberitahu makam makam siapa saja yg berada di dalam komplek.
Dengan menaiki anak tangga lagi, untuk bisa masuk ke dalam makam Sunan Tembayat.

Gentong Sinogo

Gentong sinogo, adalah tinggalan dari Sunan Tembayat, gentong padasan tempat untuk berwudu atau sesuci saat akan melaksanakan Kewajiban suci.
Menurut pakuncen, kenapa di beri nama gentong sinogo, Karena Mempunyai ukiran kepala Nogo atau Naga.

Gentong sinogo

Konon ceritanya, gentong sinogo, merupakan gentong yg di isi air menggunakan keranjang oleh Ki Sambang dalan atau Syech Domba, yg di ambil dari kaki bukit jabbal kat menuju puncak gunung jabbal kat, dalam tahap penggemblengan untuk tanda keseriusan beliau dalam menuntut ilmu Islam.

Ukiran Kala

Ukiran Kala ini terdapat pada gapura masuk koplek makam, berada di sisi kanan dan kiri pintu.

Ukiran kala

Kala merupakan ukiran gambar Kepala buto, kalau dalam mitologi kepercayaan Hindu kuno, barang siapa tidak dapat melawan takdirnya apa bila sudah di tentukan, barang siapa yg memaksakan kehendaknya, maka dewa kala akan membinasakannya, Kala juga merupakan anak dari Dewa Siwa, yg wujudnya bukan seperti sosok dewa pada umumnya.
Dengan parahupan Mata lebar dan bertaring, wajah menyeramkan.
Kala berasal dari bahasa sansekerta yg berarti waktu.
Kala juga di sebutkan sebagai Dewa Waktu, Dalam bangunan Candi, kala di berfungsi sebagai penyerap hawa jahat atau hawa hitam yg berada di dalam jiwa manusia, Saat akan melakukan pemujaan di dalam ruangan Candi.


Gapura Masuk komplek makam

Banyak Cara untuk mengingat sesepuh kita yg hidup di masa kuno.
Cukup mengetahui Nama dan keistimewaan dalam menyampaikan amanat yg di Syiarkan, Dengan jerih payah beliau beliau untuk di jadikan kenangan sebuah sedjarah.

Demi Kejayaan Nusantara
Jelajahkarungrungan.blogspot.com





Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA