LINGGA YONI DESA LEREP UNGARAN
" Lingga Dan Yoni Sekte Hindu Siwa Di Ungaran "
Penelusuran kita hari ini, Telah masuk di penghujung senja ( petang ). Di mana Sang Surya telah menambatkan sinarya di ufuk Barat. Naluri Menuntun kita menyusuri jalan kecil berliku, memacu langkah menuju kepada sebuah desa, yang berada tepat di lereng gunung ungaran. Tepatnya Berada di sisi barat keramaian jantung kota ungaran.
Mungkin kita mempunyai pemikiran yang sama, Setelah beberapa kali mengadakan Blusukan Di area lereng gunung ungaran. Kita beranggapan bahwa, situs cagar budaya yang berlokasi di Kec. Ungaran Barat, hanya memiliki beberapa daftar saja dari catatan yang kita miliki. Karena, Informasi yang terus kita gali, Hanya menunjukan di mana tempat tempat yang seringnya kita kunjungi. Namun, Suatu hari .. !!! Waktu menjawab dan alam berkata lain. Setelah kita mendapatkan informasi dari Pak Nanang Klisdiarto, Beserta Istrinya Ibu Wahyuni Klisdiarto , nama Account Face Booknya. Secara kebersamaan, dalam waktu yang berbeda dengan hari yang sama. Saya merencanakan penelusuran ke desa yang di sebutkan dalam informasi tersebut.
Awalnya, Penelusuran itu, Saya tandangi sendirian, Tanpa teman dan hanya bermodalkan Google Map pemberian Pak Nanang Klisdiarto. Namun, Sesampainya di desa yang saya tuju, Saya menemukan kendala dan kesulitan untuk mencari lokasi rumah warga, di manakah rumah yang berketempatan dengan Situs Cagar Budaya itu. Bersyukurnya, Saudara saya bernama Eka W. Prasetya ( Account Face Booknya ), Telpon dan menanyakan keberadaan saya pada saat itu. Soalnya, Tidak seperti biasanya, beliau telpon dengan nada yg terdengar sangan penting dan tergesa gesa. Rupa rupanya, Saudara saya ini, juga mendapatkan info soal situs cagar budaya dari Pak Nanang Juga. Naluri yang berdasarkan rasa penasaran, Dengan tekat yang bulat, Untuk mengetahui keberadaan Benda Cagar Budaya Tersebut. Akhirnya saya putuskan, beliaunya untuk menyusul saya. Dan mengadakan acara Blusukan Dadakan tanpa sekrenario yang di rencanakan. Al hasil, Kita bisa menemukan rumah warga dan dapat menjumpai BCBnya. Niat dan tujuan dari kita, Untuk mengetahui Keberadaan BCB tersebut, Tidak lain hanyalah menyampaikan pesan kepada Warga yg kiranya memiliki BCB, Supaya untuk di rawat agar tetap lestari tanpa ada indikasi dari niat untuk menjualnya.
Mungkin bisa berbagi cerita dengan blog teman saya, Sentuh saja Link di bawah ini
Awal kedatangan kami berdua, Menuju ke rumah Ibu Umianah
Bapak Miyono dan Bapak Priyono, Adalah sekeluarga yang secara kebetulan, Beliaunya adalah kakak beradik saudara sedarah. Beliau beliau ini, Hidup dalam satu rumah yg berukuran besar.
Cerita punya cerita, Saat akan memulai pembangunan rumah beliau, tahap awal yang di lakukan pekerja adalah membuatan Struktur Vondasi, Dengan menggalian tanah, Dengan denah bentuk rumah yang di tentukan. Salah satu pekerja telah menemukan sebuah bongk ahan batu yg memiliki pola bujur sangkar, awalnya hanya Terlihat dari penampangnya. Sehingga, Penggalin tersebut di lanjutkan kembali, Sampai Batu tersebut kelihatan bentuknya secara keseluruhan. Berhubung masih awam ( Mungkin ), Beliau dan para pekerja menyebutnya dengan watu lumpang. Walaupun bentuknya berbeda dengan watu lumpang yang sebenarnya. Yang menjadikan acuan beliau untuk menyebutkan benda temuan tersebut adalah, Bentuknya kotak bujursangkar, Yang memiliki lubang Kotak di bagian penampang atas dan berada di bagian titik sumbu tengah benda tersebut. Jika di lihat secara harfiah, Benda temuan tersebut mempunyai nama yg sering di sebut sebutkan oleh ahli arkeolog sebagai Yoni.
Mungkin bisa berbagi cerita dengan blog teman saya, Sentuh saja Link di bawah ini
Awal kedatangan kami berdua, Menuju ke rumah Ibu Umianah
Bapak Miyono dan Bapak Priyono, Adalah sekeluarga yang secara kebetulan, Beliaunya adalah kakak beradik saudara sedarah. Beliau beliau ini, Hidup dalam satu rumah yg berukuran besar.
Cerita punya cerita, Saat akan memulai pembangunan rumah beliau, tahap awal yang di lakukan pekerja adalah membuatan Struktur Vondasi, Dengan menggalian tanah, Dengan denah bentuk rumah yang di tentukan. Salah satu pekerja telah menemukan sebuah bongk ahan batu yg memiliki pola bujur sangkar, awalnya hanya Terlihat dari penampangnya. Sehingga, Penggalin tersebut di lanjutkan kembali, Sampai Batu tersebut kelihatan bentuknya secara keseluruhan. Berhubung masih awam ( Mungkin ), Beliau dan para pekerja menyebutnya dengan watu lumpang. Walaupun bentuknya berbeda dengan watu lumpang yang sebenarnya. Yang menjadikan acuan beliau untuk menyebutkan benda temuan tersebut adalah, Bentuknya kotak bujursangkar, Yang memiliki lubang Kotak di bagian penampang atas dan berada di bagian titik sumbu tengah benda tersebut. Jika di lihat secara harfiah, Benda temuan tersebut mempunyai nama yg sering di sebut sebutkan oleh ahli arkeolog sebagai Yoni.
" Lingga Yoni Ungaran "
Sering di sebutkan dengan nama Yoni, dan yoni ini pun seharusnya memiliki pasangan berupa lingga.
Karena Lingga dan Yoni adalah simbul dari trimurti.
Sebutan Ke tiga Dewa dari mitologi keyakinan hindu kuna.
" Lingga Yoni Ungaran "
Yoni merupakan lambang dari penggabungan dua Dewa hindu kuna, Yaitu Dewa Brahma Dan Dewa Wisnu
Yoni pada umumnya berbentuk kotak bujur sangkar, memiliki dua bagian penampang atas dan penampang bawah.
Penampang bawah di gambarkan sebagai dewa brahma, yaitu dewa pencipta
Penampang atas di gambarkan sebagai dewa wisnu, yaitu dewa pemelihara.
" Lingga Yoni Ungaran "
Penampang atas Yoni memiliki lubang kotak persegi berbentuk bujur sangkar, yg di fungsikan sebagai pengunci lingga, yg mempunyai alur yg di hubungkan dengan cerat.
Berbentuk cekungan mendatar dan bersumbu pada tengah tengah cerat yoni, yg di fungsikan.
Saat melaksanakan pemujaan Dewa, lingga Di lumuri dengan Mentega, secara keseluruhan, selanjutnya di ujung atas lingga atau pucuk atas lingga di siram dengan Air susu, dan fungsi penampang yg berbentuk cekungan tersebut, berfungsi sebagai penampung air susu, supaya tidak tumpah atau meluber ke mana mana, terus di alirkan ke tengah cerat yoni.
" Lingga Yoni Ungaran "
Setiap sisi yoni mempunyai pelipit di di bagian tepinya, setiap dinding atau badan yoni mempunyai profile dengan gariaslurus yg melingkar, mungkin di fungsikan sebagai pembatas simbul ke dua dewa.
" Lingga Yoni Ungaran "
Yoni ini berbentuk sangat sederhana, tanpa hiasan di bawah ceratnya. pada umumnya yg sering saya jumpai, di bawah cerat yoni ada dua buah arca fauna atau hewan, berupa Naga Kobra dan Kura kura. Yang memiliki kisah penjelmaan dewa wisnu menjadi kura kura, mengalahkan Naga Basuki, Saat merebutkan Tirta Amarta Di bawah laut, Yang di sebut dengan Samudera Mantana.
Kedua hiasan fauna tersebut dalam posisi, naga kobra menyangga Kura Kura tepat di atas kepalanya, dan posisi kura kura menyangga cerat yoni tepat di atas punggungnya.
Lepas dari itu, Berhubung waktu sudah mulai gelap, Kami undur diri dan berpamitan pulang. Namun bapak miyono mengejutkan soal temuan barunya lagi, Belum lama kurun waktunya jika di banding dengan temuan yoni saat penggalian tanah, Untuk struktur Vondasi rumahnya.
" Lingga Yoni Ungaran "
Pak Miyono mengatakan bahwa, Temuan batu tersebut berbentuk kotak datar berbentuk persegi panjang. Saya mengiranya, Temuan tersebut adalah lapik sajen. Namun, Ketika kita berdua melihatnya, Temuan itu hanya batuan kotak persegi dengan bentuk abstrak tanpa pola. Kemungkinan batu pengisi atau batu lantai sebuah bangunan kuna.
" Lingga Yoni Ungaran "
Bongkahan batu tersebut, Di temukan saat penggalian tanah, Yang akan di buat saluran pembuangan air dari dalam rumah beliau, Atau lebih umumnya di sebut dengan selokan.
" Lingga Yoni Ungaran "
Komponen Batu ini berbentuk persegi panjang pipih.
Dengan Ukuran Panjang 46 cm
Lebar 40 Cm
Dan tebal 32 Cm
" Lingga Yoni Ungaran "
Saat kita pertanyakan berapa jumlah temuan batuan seperti ini, Keluarga Bapak miyono menjawanya cuma dua saja, Salah satunya yaa .. !!! Batu lumpang di samping pagar pembatas itu mas .. !!!
Waktu sudah menunjukan Pukul 17 : 40 Sore. Itu tandanya waktu menjelang maghrib telah tiba, Akhirnya kita memutuskan berpamitan untuk pulang. Walaupun sebenernya, Kita berdua mempunyai niat untuk blusukan ke makam umum di sebelah rumah Bapak miyono. Namun, Kang Eka memutuskannya besok saja di sambung lagi untuk blusuki ke makam tersebut.
Di Keesok harinya :
Tepatnya pada sore hari, Secara kebetulan. Saya mendapatkan kabar lewat telpon cellular, dari kang Dhany Putra dan Kang Sabaku Seno ( Account Face Booknya ). Beliau berdua, Penasaran dan ingin melihat Yoni tersebut. Maka, Kita janjian bertemu untuk mengadakan acara blusukan dadakan sore itu. Dan saya mempunyai kehendak yg belum tercapaikan. Yaitu, Blusukan ke makam umum desa lerep. Sesampainya ke desa tersebut. Seperti tujuan kedua bagi saya dan awal bagi beliau beliau, kita bersama sama menuju ke Rumah bapak Miyono untuk melihat yoni dan satu komponen batuan lepas di depan rumahnya.
Selepas melihat lihat BCB tersebut, Saya mengajak beliau berdua untuk masuk makam umum di sebelah rumah Bapak miyono. Yaitu, Melanjutkan Blusukan yang pernah saya rencanakan dengan kang Eka w Prasetya. Untuk mengetahui ada apakah di makam tersebut. Memang awalnya kita pernah menanyakan pasangan yoni, Yang di sebut dengan Lingga kepada keluarga Bapak Miyono. Namun, Keluarga tersebut menyampaikannya balasan pertanyaan kita dengan kalimat tidak ada pasangannya.
Sore ke dua, Akhirnya saya dan rekan rekan blusukan memasuki makam tersebut. Baru saja berjalan melalui pintu masuk makam, bekum terlalu jauh siiiih .. !!! Kira kira 15 Meteran dari pintu masuk makam, Saya langsung melihat Batu berbentuk bulat panjang, Dan saya pun menyebutnya dengan Lingga. Ternyata memang benar, BCB tersebut benar benar lingga yang menjadi pasangan Yoni, Yang berada di depan rumah Bapak miyono. Setelah mengetahui keberadaan lingga tersebut, Kita tidak berhenti hanya melihat lingga saja. Namun, Kita tetap berjalan dan melihat lihat selebarnya makam tersebut. Tapi, Memang hanya satu itu saja yang dapat kita temui.
" Lingga "
" Lingga Yoni Ungaran "
Lingga di lambangkan sebagai Dewa Siwa atau Dewa maha dewa.
Karena mempunyai kedudukan dalam penempatannya paling tinggi di atas penampang yoni.
Dewa siwa sebagai dewa pelebur dan Dewa yg mengawali. Begitulah Fungsi dan peranan lingga, Dalam golongan trimurti. Yaitu tiga dewa dalam keyakinan hindu kuna.
" Lingga Yoni Ungaran "
Saat menemukan lingga dalam keadaan yang tidak seharusnya, Timbulah keprihatinan kita bertiga tantang penempatan BCB tersebut. Tapi, Apalah daya kita, Hanya bisa memandangnya saja perubahan kedudukan lingga yang menjadi maesan makam salah satu warga desa lerep. Dan kita pun tidak berfikir dengan dangkal, Mungkin juga dengan cara seperti itu, Lingga trsebut aman dan tidak akan rusak. Karena, Setiap hari hari khusus, Akan selalu di datangi oleh ahli warisnya, Dengan cara ziarah makam dan di bersihkannya lingga tersebut.
" Lingga Yoni Ungaran "
Ada sedikit ulasan yang mungkin bisa di jadikan cocoklogika saja, Soal BCB lingga dan yoni.
Lingga dan yoni merupakan kesimpulan dari lambang kesuburan. Lingga yoni kadang berada di tempat tempat tertentu, Di dalam Bangunan candi atau di lokasi patirtaan kuno. Yang pada intinya, Tempat tempat yang di anggap subur dan banyak mengeluarkan air / Mata air.
Bangunan candi merujuk pada sebuah bangunan suci, Yang di fungsikan sebagai tempat pemujaan Hindu kuna.
Candi berasal dari kata Candika, Yang berarti nama lain dari Dewi Durga Istri Dewa Siwa. Karena penggambaran karakter Dewi durga sangat terlihat dengan kemurkaan atau penuh dengan amarah ( Kalau Di India Namanya Dewi kalli, itupun dengan aliran yang berbeda pula ). Jadi, Pada masa itu, Pembangunan candi banyak sekali di persembahkan kepada Dewi Durga. Karena, Peradaban dahulu, Sangat takut akan kekuatan Dewi Durga saat murka atau marah.
Di jawa khususnya, Kadang sebutan Candi tidak hanya di sebutkan atau di peruntukan untuk bangunan suci beratap saja. Akan tetapi, juga dapat di sebutkan pada bangunan sendang sendang kuna atau patirtaan Kuna.
Kenapa seperti itu .. ???
Dari begitu banyaknya kemungkin, Mungkin Bisa saja di lihat dari karakter profile batuan yg memiliki bentuk ornamen atau kesamaan komponen yang di miliki oleh bangunan candi. Jika pendapat saya pribadi mengatakan, bentuk bangunan candi tidak harus memiliki kesamaan pada umumnya. Harus memiliki atap, Konekting kemuncak, Konecting Antefiks dan Ragam hias lainya. Terkhususkan yang berada di bagian atap.
Pola pemikiran saya pribadi, soal bentuk bangunan Candi di desa lerep. Lingga yoni yang berada di desa lerep, tepatnya berada di Rumah Bapak Miyono, Memang merupakan Struktur bangunan pemujaan kuna berupa Candi, Sama halnya Candi tersebut tidak memiliki atap dan piranti lainya. Kemungkinan hanya sebuah bangunan pelataran saja, Yang di batasi dengan pagar bumi, Itupun tidak terlalu tinggi, Yaa .. !!! Sekitar satu meteran tingginya. Dan di dalam pekataran tersebut, Terdapat Lingga yoni, Satu Buah Arca Nandi dan satu buah Lapik Sajen.
Tapi, Yang di temukan Cuma Lingga Dan yoni saja .. ??
Pertanyaan bagus .. !!! Disaat penggalian, Mungkin tidak melewati tempat di mana Arca Nandi dan Lapik sajen di letakan.
Apakah Masih ada, Benda yang di sebutkan dengan nama Arca Nandi Dan Lapik Sajen Tersebut .
. ???
Saya jawab dengan Tegas, " Masih ", Jika di adakan penggalian lagi.
Karena, Menurut saya. Bangunan candi inilah yang menyerupai Candi kimpulan, Yang berada di Kampus UGM Djogja. Kenapa saya pribadi menyebutnya seperti itu .. ???
Bangunan pemujaan candi, yang berlokasi di desa lerep. Tepatnya berada di tanah Bapak Miyono, yang sudah di bagun rumahnya sekarang. Tidak memiliki kesamaan Seperti bangunan bangunan candi pada umumnya.
Kenapa tidak .. ???
Jelas tidak kalau menurut saya pribadi. Jika memang bangunan candi ini sama dengan umumnya, Pastinya akan terlihat sisa sisa komponen komponen batuan candi lainya. Sebagai contoh kemuncak atau antefiks atau batuan bagian dari kulit lainya.
Jika harus mengingat, hanya di temukan lingga yoni dan panel batuan lepas dari pengisi ( Mungkin ) saja yang di temukan.
Jika alasan lain berasumsi, Mungkin ada pencurian tentang bagian panel panelnya, Apakah secara keseluruhan panel panel bagian bangunan di curi .. ???
Apakah juga termasuk keseluruhan bagian atapnya yang di curi .. ???
Saya kira tidak, Jika memang ada pencurian, di masa lampau ( katakanlah, Maraknya penvurian artefaks SCB Masa Keemasan Era Kolonial mungkin ). Pencurian itu pun cuma artefaks jenis jenis arca saja. Jika lebih dari karakter artefaks yang penting, Kemungkinan Juga prasasti saja.
Jika memang panel bagian atap, mungkin juga antefiks atau kemuncaknya saja, dan itupun tidak mungkin Secara keseluruhannya, Paling cuma di ambil beberpapa saja. Itu pun di pilah, kiranya di lihat menarik dan unik saja. Padahal, bagian atap bangunan candi jawa tengahan hampir memiliki kesamaan kesamaan pada komponen di eranya, Secara keseluruhan pada bangunan candi pada umumnya.
Alasan lain saya, kenapa merujuk pada bangunan candi kimpulan UGM Djogja ... ???
Kalau Bangunan candi di lerep sama dengan bangunan candi pada umumnya, Yang memiliki atap atau komponen penghiasa lainya.
Pertanyaan saya .. !!!
Di saat penggalian tanah berlangsung, Kenapa tidak di ketemukannya atau kelihatan, pada bagian bagian lainya .. ???
Yaa .. !!! Mungkin nampak panel lainya kisaran satu sampai tiga saja bagian atapnya yang memiliki kesamaan mungkin .. !!!
Contoh yaa .. !!! Temuan kemuncak dan konectingnya,
Antefiks dan konectinya, Batu pengisi dan kawan kawannya ( Mungkin ), hika di banyangkan, padahal jumlah materialnya banyak seharusnya. Jika gambaran yoni sebesar itu. Pasti, Bangunan Candi itu besar juga looh ... !!!
Penampang atas yoni, Di ketahui memiliki ukuran 60 Cm persegi.
Kemungkinan, Jika bentuknya real bujursangkar, Tingginya mungkin juga sama, 60 Cm.
Tapi ada yang beda. Yaitu, pada penampang bagian bawahnya. Yang pastinya lebih lebar dari pada penampang atasnya. Jika penampang atas 60 cm kemungkinan penampang bawah 68 cm ( itupun jika tidak aus atau rusak ). Penampang bawah metinya berkelipatan 4 cm sampai dengan 6 cm, Jikalau lebih atau kurang, Kayaknya tidak mungkin ( Itu Kalau pemikitan saya ).
Penemuan yoni tidak terlalu dalam pada galiannya. Yoni di temukan dalam galian tanah, dengan kedalaman kurang lebih hanya satu meter saja. Seharusnya, Jika bangunan cadi berwujud pada umumnya, Pastinya meninggalkan komponen komponen lainya, walaupun hanya sebatas batuan komponen kulit luarnya saja, itu pun Dalam jumlah yang lebih banyak seharusnya.
Kita lihat bangunan candi yang umum, Memiliki ketinggian kisaran lima meter atau lebih.
Sekarang kita adakan perbandingkan saja.
Luas tanah Bapak miyono 30 meter persegi.
Penemuan Yoni pada galian satu meter.
Sisa bangunan candi lainya.
Kita bandingkan, jika luas tanah pak miyono 30 meter persegi, dengan tinggi banguna candi, mungkin mencpai 5 meter atau bahkan lebih, jika terjadi roboh atau ambrug, Seharusnya masih ada kan, sisa sisa komponen lain di seputaran tanah tersebut, Walaulun sampai tertimbun tanah, Sehrunya banyak pula yang di temuķan sisa sisa reruntuhan candi tersebut di dàlam tanah saat menggali. Padahal galian tanah untuk vondasi banyak sekali yang di rancang bakalan menjadi calon ruangan ruangan tiap sudut rumah beliau. Ingat pula, Yoni tersebut di temukan pada galian vondasi calon ruangan bagian tengah loh.
Masihkah berasumsi Bangunan Candi di desa lerep Menyerupai bangunan candi Pada umumnya .. ???
Atau
Berasumsi, Bangunan Candi desa lerep mempunyai kesamaan dengan Bangunan Candi Kimpulan, yang di temukan dalam area Fakultas UGM Djogja .. ???
Hanya sesikit saja Jawaban saya .. !!!
Karena material yang di temukan sedikit.
Tidak Sama halnya di tempat tempat lain, Material Yang di temukan saling berkaitan komponennya. Walaupun terpisah dengan jarak radius 300 meter dari Insitunya .. !!!
Hanya perkataan orang yang suka blusukan saja, Dan bukan ahlinya. Tidak percaya, Hukumnya Wajib.
" Maesan Masa Mataram Islam "
_Hobiku_Dolan_Kuburan_
Mantaaabbb Jhon.... Lanjutkan
BalasHapusWee ladalah ..
HapusTernyata di komentari pak suhu ..
Siap pak ..😂😂😂